TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional alias Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan deflasi yang mencapai 0,05 persen pada Agustus 2018 karena permintaan terhadap kebutuhan pokok yang tak terlalu banyak. "Kami melihat deflasi bisa terjadi mungkin karena demand kebutuhan pokok tidak setinggi sebelumnya. Terutama ketika masih ada suasana puasa, Idul Fitri dan juga Idul Adha," kata Bambang ditemui di Kantor Bappenas, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 3 September 2018.
Baca: Tiga Pangan Ini Sumbang Deflasi Terbesar pada Agustus 2018
Hari ini, Badan Pusat Statistik merilis data bahwa Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Angka deflasi ini menyebabkan inflasi tahun kalender atau year to date tercatat 2,13 persen, sementara inflasi dari tahun ke tahun menjadi 3,20 persen.
Menurut catatan BPS, hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi Juli 2018 yang mencapai 0,28 persen. Adapun deflasi disumbang oleh penurunan harga indeks kelompok pengeluaran bahan makanan, kelompok sandang dan transport, komunikasi serta jasa keuangan.
Bambang mengatakan dirinya optimistis target inflasi sampai akhir tahun sampai Desember 2018 mencapai angka 3,5 persen. Selain itu, ia juga mengatakan perlunya menjaga tingkat inflasi bagi barang kebutuhan pokok atau volatile food.
Sebab, kata Bambang, selama ini masalah inflasi yang didorong oleh kenaikan harga volatile food seringkali tidak hanya seberapa besar permintaan. Tetapi juga seberapa besar kemampuan untuk menyediakan barang.
Baca: BPS Sebut Bulan Agustus Terjadi Deflasi Sebesar 0,05 Persen
"Supply itu tidak cuma bicara soal produksi tetapi bicara juga soal distribusi. Jadi selalu upaya mengurangi inflasi harus fokus kepada produksi dan distribusi dari bahan pangan yang bergejolak," kata Bambang.