TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Mandiri, Anton Gunawan memprediksi pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2018 hanya mencapai 5,16 persen. Anton mengatakan sampai pada akhir tahun nanti pertumbuhan ekonomi masih akan melambat karena kenaikan suku bunga acuan dan rasio pendapatan lebih besar dibandingkan belanja pemerintah.
Baca: Gerindra dan PKS Tagih Janji Jokowi Soal Pertumbuhan Ekonomi
"Harga komoditas di pasar global yang masih cenderung flat baik CPO, batu bara maupun karet juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi," kata Anton saat mengelar konferensi pers hasil penelitian Tim Riset Bank Mandiri di Gedung Plaza Mandiri, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 30 Agustus 2018.
Adapun hasil rilis yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2018 mencapai 5,27 persen. Jumlah ini naik sebesar 4,1 persen dibandingkan pada kuartal pertama 2018. Sedangkan secara kumulatif pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17 persen hingga Juni 2018. Outlook pemerintah hingga akhir tahun pertumbuhan berada di posisi 5,4 persen.
Anton berujar hingga akhir tahun, inflasi diprediksi berada pada posisi 3,6 persen. Atau naik 0,1 persen dibandingkan outlook pemerintah 2018. Angka itu juga naik jika dibandingkan rilis inflasi BPS secara year on year sebesar 3,12 persen pada Juni 2018.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada akhir tahun diprediksi akan berada pada level Rp 16.650. Atau diprediksi masih akan berada pada level Rp 14.635 - Rp 14.650 per dolar Amerika Serikat.
Adapun merujuk pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Kamis, 30 Agustus 2018 nilai rupiah berapa pada Rp 16.655 per dolar. Sedangkan di pasar valas, nilai tukar rupiah telah berada pada angka Rp 14.711 per dolar hingga pukul 17.30. WIB.
Anton melanjutkan, dari tingkat suku bunga diprediksi Bank Indonesia masih akan mengeluarkan kebijakan untuk menaikan satu kali lagi tingkat suku bunga. Sehingga sampai pada akhir tahun suku bunga BI 7 Days Repo Rate akan berada pada level 6 persen.
Anton mengatakan, pertumbuhan domestik tersebut masih sejalan dengan tren ekonomi global yang masih terus flat atau melambat. Terutama merujuk pada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (1,9-2,9 persen) dan China (6-6,5 persen) yang diprediksi masih akan melambat hingga tahun 2023.
Selain itu, dari sisi suku bunga, naiknya suku bunga global juga menjadi salah satu sebab mengapa ekonomi negara emerging market seperti Indonesia masih cenderung tertahan. Selain itu, perang dagang yang kini masih terjadi antara Amerika Serikat dengan China dan negara lain juga ikut mengancam pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun.