TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya pada awal perdagangan hari ini, Rabu, 29 Agustus 2018. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka di zona merah dengan pelemahan 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp 14.630 per dolar AS pada perdagangan pagi ini.
Baca: Rupiah Jeblok, Ekonom Ceritakan Bedanya dengan Tahun 2015
Mata uang Garuda melanjutkan pelemahannya setelah ditutup berbalik ke zona merah dengan depresiasi 6 poin atau 0,04 persen di level Rp 14.626 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan indeks dolar AS yang bergerak menguat pagi ini sebesar 0,04 persen atau 0,036 poin ke level 95,756 pada pukul 7.54 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka rebound dengan penguatan hanya 0,004 poin di level 94,724. Hal ini terjadi setelah pada perdagangan kemarin berakhir melemah 0,06 persen atau 0,059 poin di posisi 94,720.
Baca : Menko Darmin: Meski Sering Ditekan, Rupiah Bisa Kembali Bangkit
Baca Juga:
Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono sebelumnya memperkirakan kurs rupiah masih akan terancam melemah. Terutama karena bank sentral Amerika Serikat, The Fed, mengisyaratkan menaikkan kembali suku bunganya dua kali pada September dan Desember 2018.
"Kecuali ada sentimen positif yang bisa menahannya, misalnya kinerja ekspor yang positif (surplus), cadangan devisa naik, capital inflow membaik, dan lainnya," ujar Tony kepada Tempo, Ahad. 26 Agustus 2018.
Tony berujar pergerakan rupiah banyak dipengaruhi kondisi eksternal, khususnya AS. Meski, menurut Tony, AS kini tengah mengalami dilema. Dari sisi The Fed, Gubernur Jerome Powell berkeras ingin menaikkan suku bunga-nya. Alasannya adalah untuk melindungi penabung. "Suku bunga acuan The Fed kini 2 persen, padahal inflasi 2,9 persen. Berarti penabung bakal menderita, suku bunga riil negatif," ujar Tony.
BISNIS