TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis pengendalian impor melalui peningkatan pajak penghasilan yang diterapkan pada September mendatang diharapkan memperkuat industri nasional. Ia malah menilai produk substitusi bakal lebih berdaya saing.
Baca: Ketua DPR Pertanyakan Keputusan Menambah Impor Gula dan Garam
Airlangga mencontohkan, produk substitusi untuk produk tekstil selama ini sudah sangat banyak. Meski belum dirilis secara resmi jenis produknya, ia memperkirakan pengendalian ini mencakup 900 produk.
Pemerintah, kata Airlangga, sangat berhati-hati menetapkan produk yang akan dikenai pengendalian impor ini. Fokus utama adalah produk-produk konsumsi yang telah mampu diproduksi oleh industri dalam negeri.
Baca: Sri Mulyani Sebut Pembatasan Impor Berisiko Bermasalah di WTO
Oleh karena itu Airlangga juga mendorong industri dalam negeri untuk melihat peluang meningkatkan produksinya. Produk-produk impor yang tergerus pasarnya karena harganya yang lebih mahal, akan membuat konsumen beralih kepada produk sejenis dengan harga lebih murah dan kualitas sama baiknya.
Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian Haris Munandar menuturkan pihaknya meminta industri mengoptimalkan kapasitas produksi terpasang (utilisasi) guna mengisi pasar domestik. "Langkah substitusi impor ini tidak masalah dijalankan apabila bahan baku tersebut ada dan mampu mencukupi kebutuhan di dalam negeri," ucapnya.
Untuk optimalisasi industri dalam negeri ini, Haris menyatakan pihaknya masih menunggu daftar resmi 900 komoditas yang akan dibatasi impornya dari Kementerian Keuangan. Apalagi diyakini dengan meningkatnya aktivitas manufaktur akan membawa efek berantai positif yang luas bagi perekonomian.
Haris juga menambahkan, kepastian komoditas yang dibatasi juga menjadi landasan Kemenperin untuk aktif mendorong masuknya investasi untuk produk-produk yang disubstitusi dari produk impor. "Dengan adanya upaya tersebut, berarti ada optimisme bisa menaikkan kinerja dan daya saing industri nasional. Kami berharap industri subtitusi impor bisa berkembang signifikan," katanya.
BISNIS