TEMPO.CO, Jakarta - Industri asuransi jiwa mengalami penurunan hasil investasi yang cukup tajam pada semester pertama tahun ini. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat penurunan sebesar 135,5 persen secara year-on-year menjadi minus Rp 8,35 triliun.
Baca juga: Dompet Generasi Milenial Tak Lebih dari Rp71 Ribu? Apa Sebabnya?
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan, penurunan yang tajam tersebut disebabkan kondisi pasar modal yang kurang kondusif sejak awal tahun ini. Melihat kondisi tersebut, dia memperkirakan pelaku industri akan mengalihkan sebagian dana investasinya ke instrumen yang relatif lebih stabil yakni reksa dana.
"Saya kira (reksa dana) ini lebih stabil dan saya kira (pelaku industri) akan pindah ke reksa dana," kata Hendrisman di Jakarta, Senin 27 Agustus 2018.
Adapun portofolio investasi industri asuransi jiwa hingga semester I/2018 yakni 33,3 persen reksa dana, 31,6 persen saham, 13,8 persen surat berharga negara atau SBN, 10,6 persen deposito, 6,9 persen di sukuk koperasi, 1,7 persen penyertaan langsung, 1,4 persen properti, dan 1 persen lain-lain.
Sampai akhir tahun, Hendrisman memperkirakan porsi reksa dana akan meningkat hingga 40 persen. Sementara itu mengenai hasil investasi, dia optimistis pada kuartal III/2018 dan IV/2018 akan kembali terjadi peningkatan.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menambahkan, penurunan hasil investasi industri asuransi jiwa bukanlah hal baru dan perlu dikhawatirkan. Sebab, investasi tersebut bersifat jangka panjang, sesuai dengan karakteristik kewajiban asuransi jiwa yang bukan jangka pendek.
"Jadi kalau turun-naik itu sudah biasa. Pada 2008 kami lebih parah lagi kan (penurunannya). Santai saja tuh, karena (investasinya bersifat) jangka panjang," kata Togar soal investasi industri asuransi.