TEMPO.CO, Palembang - Puluhan pedagang kecil yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah (UKM) mengeluhkan perlakuan penyelenggara Sumsel Expo 2018, salah satu penyokong kegiatan Asian Games. Tak seperti yang dibayangkan sebelumnya, para UKM ini harus gigit jari karena tidak bisa menggelar usahanya meskipun telah mengeluarkan uang sewa lapak dan biaya lainnya.
Baca: Kisah Penjual Kaos Musiman Sukses Menjual 1.350 Kaos Asian Games
Keluhan ini disampaikan oleh sekitar 30 pedagang kecil di hadapan manajemen PT. Waskita Media Utama selaku penyelenggara Sumsel Expo 2018 hari ini. Sejatinya para pedagang berharap ajang penyokong kegiatan Asian Games ini bisa memberdayakan UKM melalui ajang pameran, expo dan kegiatan serupa lainnya, namun kenyataan berbeda yang terjadi di lapangan.
Puluhan pedagang dan penyewa tenan di kawasan Sumsel Expo 2018, Palembang mendatangi operator pameran dari PT. Waskita Media Utama. Mereka mendesak pengembalian uang sewa lantaran pengelola melanggar berbagai kesepakatan seperti penambahan peserta dan perubahan layout zona kuliner tanpa ada pemberitahuan. Akibatnya pedagang tidak bisa menggelar usahanya dengan baik.
Baca: Orang Terkaya RI Jadi Atlet Bridge Asian Games, Apa Alasannya?
Putri, perwakilan pedagang mengatakan ia dan pedagang harus merugi hingga puluhan jutaan rupian lantaran kebijakan sepihak oleh menjemen Waskita Media Utama. "Lay out dirubah dan banyak pula pedagang liar," katanya, Sabtu, 25 Agustus 2018.
Bunda salah seorang calon pedagang di zona C atau zona kuliner punya cerita lain. Pada menjelang hari pembukaan, dia bermaksud menseting tempatnya berniaga yang berada persis di depan anjungan Lahat itu.
Namun Bunda terpaksa mengurungkan niatnya lantaran posisi yang dia tempati tidak sesuai perjanjian awal. "Saya awalnya di pinggiran pintu keluar masuk tapi kemudian berpindah ke bagian tengah tanpa ada pemberitahuan," katanya.
Selain itu pada hari pembukaan, belum seluruh arena bersih dari semak belukar sehingga calon pedagang terpaksa harus bersih-bersih secara bergotong royong. Belakangan zona c yang di-setting sebagai tempat jualan kuliner itu dirubah menjadi kawasan parkir.
Perubahan fungsi tersebut tanpa Bunda ketahui sama-sekali. Sehingga dia kaget ketika melihat lapaknya telah berubah menjadi tempar parkir mobil pengunjung. “Sebenarnya bagi kami untung rugi adalah biasa asalkan dengan cara yang benar,” ujarnya.
Atas sikap yang semena-mena itu, Nunda menuntut pengembalian uang yang telah disetornya ke menejemen PT. Waskita. Sebelumnya kata dia, salah seorang staf yang bernama Desi menjanjikan pengembalian namun hingga hari ini dia belum menerimah refund yang dimaksud.
Oleh karena itu Bunda bertekad mendatangi kantor perusahaan yang berada di arena pameran tersebut dengan puluhan pedagang lainnya. "Akan ada unjuk rasa lebih besar lagi kalau gak tuntas," katanya.
Sementara itu pengacara PT. Waskita Media Utama, Andre Adam memastikan dirinya sudah melakukan koordinasi dengan Direktur PT. Waskita yaitu Puguh Dwi. S. Dalam koordinasi tersebut menejemen memastikan tidak ada pengembalian uang sewa. Dia berdalih apa yang manajemen lakukan sudah sesuai dengan kesepakatan yang tertera di Formulir A. "Kebijakan kami sementara ini refund tidak bisa diterima," katanya.
Sementara itu dalam keterangan tertulis yang dibagikan oleh Anto selaku koordinator tenda kerucut, Direktur PT. Waskita, Puguh Dwi mengatakan adanya permohonan pengembalian uang sewa stand kerucut dan kuliner pameran 16-25 Agustus 2018 tidak dapat dipenuhi karena sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Surat tanpa kop tersebut menurut Adam sebagai penegas pihak manajemen karena tidak bisa bertemu langsung dengan pedagang. "Karena ibu direktur sedang tidak ada di tempat."
Simak berita menarik lainnya terkait Asian Games hanya di Tempo.co.