TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan di angka 5,1-5,5 persen. Menurut dia, salah satunya karena investasi belum bisa berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.
Baca: Jokowi Proyeksikan Ekonomi Tumbuh 5,3 Persen di 2019
"Kalau bicara pertumbuhan ekonomi, sekarang merujuk pada tingkat konsumsi, karena daya beli naik. Tapi kenapa pertumbuhan ekonomi stuck di sekitar 5,1-5,5 persen, jawabanya di investasi," kata Bambang, di di Hotel Sari Pan Pacific, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Agustus 2018.
Pada semester pertama 2017 kemarin Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen. Sedangkan pada semester pertama 2018, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,2 persen.
Baca: Cara Sri Mulyani Jaga Pertumbuhan Ekonomi Meski Impor Dikurangi
Adapun sampai pada akhir tahun 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5,2 persen. Sedangkan tahun 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5,3 persen.
Menurut Bambang, ke depan Indonesia tidak bisa lagi berharap pertumbuhan ekonomi hanya ditopang oleh konsumsi. Tetapi harus diarahkan untuk peningkatan pertumbuhan investasi.
Meski begitu, pemerintah tak bisa terus-terusan memberikan bantuan untuk mendorong konsumsi melalui gajik ke-13 dan juga bantuan sosial secara terus menurun. "Ke depan harus naik kelas, lewat sumber pertumbuhan investasi," kata Bambang.
Karena itu, Bambang menyambut baik rencana BPS yang kini tengah menyusun disagregasi data Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) bersama dengan Kementerian dan Lembaga. Data ini, kata dia, bisa membantu pemerintah untuk memperbaiki penetapan kebijakan ekonomi khususnya mengenai investasi.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan lewat PTMB, gambaran satu industri atau institusi menurut jenis aset tetap selama beberapa periode tahun tertentu bisa terlihat. Sehingga regulator bisa melihat berlangsungnya kegiatan ekonomi pada masa sekarang maupun memprediksi pada masa yang akan datang.
Suhariyanto melanjutkan dengan data PTMB yang akurat pemerintah bisa memperhitungkan stok kapital dan penyusutan baik milik pemerintah, swasta maupun ritel. Indikator-indikator itu merupakan variabel utama menghitung efisiensi dan efektifitas suatu perekonomian di suatu negara.
"Kalau bisa memberikan PTMB yang lebih rinci kami bisa melakukan analisis data yang lebih bagus untuk memilih sektor ekonomi apa yang bisa mendorong pertumbuhan lewat investasi serta melakukan research and development," kata Suhariyanto.
Adapun PMTB merupakan data mengenai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan secara sederhana atau secara mikro PTMB dikenal sebagai investasi fisik.
Kontribusi PMTB terhadap PDB pada tahun 2010 mencapai 31 persen. Jumlah itu meningkat 32,52 persen pada 2014 dan menjadi sebesar 32,16 persen pada 2017.
Simak berita menarik lainnya terkait pertumbuhan ekonomi hanya di Tempo.co.