Asad Umar selaku menteri keuangan Pakistan telah mengatakan bahwa mencari dukungan dari IMF akan menjadi sebuah opsi mundur setelah mengeksplorasi opsi pilihan lain seperti pinjaman sementara dari Cina.
Pada akhir Juli, cadangan mata uang asing Pakistan rebound ke US$ 10,3 miliar dari US$ 9 miliar dan memicu spekulasi bahwa Cina telah memperpanjang bantuan keuangan. Namun, karena Pakistan menjadi lebih bergantung pada Cina, disiplin fiskal akan cenderung dikesampingkan dan meningkatkan risiko terbebani utang secara berlebihan. Utang luar negeri Pakistan telah meningkat 50 persen selama tiga tahun terakhir, mencapai hampir US$ 100 miliar.
Pembangunan bagian Barat Laut pulau Mischief Reef, Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, dilihat dari udara, 8 Januari 2016. Terlihat tanggul sepanjang 1.900 kaki atau sekitar 589 m, bangunan-bangunan baru, dan dermaga yang telah dan sedang dibangun pemerintah Tiongkok. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digital Globe
Dan tanpa rencana reformasi fiskal yang kuat, Pakistan akan memiliki ruang keuangan lebih sedikit untuk bermanuver selama dua tahun ke depan. Biaya pembayaran utangnya diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 50 persen dari pendapatan pajak dari 30 persen sekarang.
Seorang ahli keuangan internasional yang pernah bekerja di IMF menunjukkan bahwa IMF telah membuat kerangka pinjaman lebih fleksibel. Namun, bagi negara-negara berkembang, bantuan dari Cina, yang menyatakan bahwa itu tidak mengganggu urusan dalam negeri dinilai lebih menarik.
Sri Lanka juga menghadapi tekanan tersendiri. Bahkan Sri Lanka telah menyerahkan hak untuk mengelola Pelabuhan Hambantota ke perusahaan Cina. Jika pengaturan seperti itu menjadi kebiasaan, risiko ini bisa berpengaruh ke keamanan nasional.
Di sisi lain, kereta api berkecepatan tinggi yang dibangun di Laos di bawah Belt and Road Initiative China diperkirakan menelan biaya US$ 6 miliar, atau sekitar 40 persen dari PDB negara itu. Meskipun Cina membiayai sekitar 70 persen dari biaya kereta api, Laos telah mengambil pinjaman dari bank-bank Cina dan pemberi pinjaman lainnya untuk menutupi sebagian besar sahamnya. Membayar kembali pinjaman tersebut akan menjadi beban ekonomi.
Di Asia Tengah, Turkmenistan juga sedang berjuang mengatasi krisis ekonomi dan krisis likuiditas yang diakibatkan oleh pembayaran utang ke Cina. Tajikistan juga telah menjual hak untuk mengembangkan tambang emas ke sebuah perusahaan Cina sebagai pengganti pembayaran kembali pinjaman.
Baca: Perang Dagang AS-Cina, Sri Mulyani Beberkan Risikonya bagi RI
Kesediaan Cina untuk memberikan pinjaman dapat menawarkan penangguhan hukuman sementara dari struktur kebijakan yang ditawarkan IMF itu. Namun kesediaan Cina membuat negara penerima bantuan harus mengorbankan kesehatan keuangan dan ekonomi jangka panjang mereka.