TEMPO.CO, Jakarta - Pebisnis perjalanan pariwisata memproyeksikan potensi kehilangan pendapatan yang masuk dari wisatawan akibat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat selama 3 pekan terakhir mencapai Rp 1 triliun.
Baca Juga: Tampil di Panggung Asian Games, Pariwisata Lombok Siap Bangkit
Ketua DPD Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dewantoro Umbu Joka mengatakan, gempa yang terjadi di Lombok membawa dampak yang luar biasa karena hotel tidak terisi maksimal. "Hitung kerugian, potensi yang datang seharusnya selama 3 pekan ini sekitar Rp 1 triliun," ujarnya, Senin, 20 Agustus 2018.
Dia mengungkapkan, hingga kini, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) baru mencapai 50 persen dari target 4 juta kunjungan pada 2018. Namun, dia optimistis target tersebut masih bisa dipenuhi hingga akhir tahun ini.
"Pada 16 Agustus sudah mulai dibuka trip dari Bali ke Lombok. Kami berharap pada September sudah tidak ada gempa lagi, sehingga mulai banyak wisawatan yang datang," tuturnya.
Asita dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB tengah berupaya untuk menggaet turis asing dan domestik untuk berkunjung ke Lombok. Salah satunya adalah dengan menawarkan paket penginapan gratis untuk satu malam.
Selain itu, kedua asosiasi tersebut telah melakukan roadshow untuk meyakinkan turis bahwa Lombok sudah layak dikunjungi. "Ini sama hotel-hotel di Lombok ada promo misalnya menginap 3 malam tapi bayar 2 malam aja," katanya
Menurutnya, pemerintah juga harus membantu mendatangkan wisatawan kembali ke Lombok dengan memberikan biaya tiket pesawat yang murah atau tidak dikenakan harga normal untuk menuju ke Lombok.
Di lain pihak, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi pesimistis angka kunjungan wisatawan ke Lombok akan kembali pulih dalam waktu tiga bulan.
"Saat ini yang terpenting adalah bagaimana memulihkan kondisi masyarakat di sana seperti sedia kala. Untuk sektor pariwisata, pemerintah bisa gencar promosi destinasi wisata lain di luar Lombok dan Bali. Indonesia punya beragam destinasi," tuturnya.
Sementara itu, Kementerian Pariwisata kembali mengaktifkan Tourism Crisis Center (TCC) menyusul gempa yang terjadi berturut-turut di Lombok pada Minggu malam, 20 Agustus 2018.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, selain pelayanan informasi dan penanganan wisatawan, tugas utama TCC Kemenpar ini adalah memantau 3A yaitu atraksi wisata, amenitas, dan aksesibilitas.
Dia juga telah meminta maskapai beserta Airnav untuk menambah jumlah pesawat, menambah jam operasional bandara, serta menambah slot time untuk pesawat mendarat dan lepas landas.
"Ini yang sudah dilakukan saat bencana. Orang cenderung akan berpindah ke lokasi wisata yang lebih aman dulu. Nah, kami sediakan akses yang besar agar merasa nyaman dan aman,” ucap Arief.
Baca: Pulihkan Pariwisata, Hotel-hotel Lombok Terapkan Hot Deals
Hingga kini, sebanyak 17 negara telah mengeluarkan travel advice setelah gempa Lombok yakni Prancis, Selandia Baru, Inggris, Siprus, Luxemburg, Belgia, Jerman, Kanada, China, Australia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Brasil, Swiss, Italia dan Bahrain.