TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian mengandalkan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) kurban percontohan demi mencegahnya penyaluran penyakit zoonosis atau infeksi penyakit dari hewan ke manusia menjelang Idul Adha 2018. Saat ini, Kementan telah membangun RPH ini di 12 provinsi di seluruh Indonesia.
Baca juga: Viral Daging Gelembung Putih Sebelum Idul Adha 2018 di Bojonegoro
"Ini adalah fokus Kementan dalam pengawasan pemotongan hewan kurban," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, saat dihubungi di Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018.
Menjelang Idul Adha pada Rabu, 22 Agustus, Ketut pun telah menerbitkan surat edaran agar dinas di provinsi menggunakan fasilitas ini seoptimal mungkin.
Adapun 12 provinsi yang telah memiliki RPH Kurban Percontohan yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Papua, Bengkulu, Maluku Utara serta Sulawesi Utara. Lalu terakhir DKI Jakarta yang memiliki RPH terbanyak, yaitu di tujuh lokasi yang tersebar di berbagai titik.
Upaya pengendalian penyakit zoonosis ini sebenarnya telah dimulai dengan terbitnya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban. Di dalamnya diatur soal persyaratan minimal tempat penjualan hewan kurban, pengangkutan, kandang penampungan dan tempat pemotongan hewan kurban.
Selain itu, diatur soal tata cara penyembelihan hewan kurban dan distribusi daging kurban sesuai aspek teknis dan syariat Islam.
Pengendalian secara detail ini bukan tanpa alasan lantaran ada beberapa wilayah di Indonesia yang endemis antraks dan zoonosis. Selain itu, sejumlah penyakit hewan marak terjadi di masa Idul Adha ini seperti tuberculosis, penyakit kulit seperti scabies, demodex dan cacing hati.
Menjelang Idul Adha 2018, Ketut mengatakan kementeriannya pun menugasi ribuan orang untuk memantau langsung pelaksanaan dari aturan ini. Khusus untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya saja, ada sekitar 2.089 anggota Tim Terpadu Pemantauan Hewan yang terjun ke lapangan. Mereka berasal dari dinas terkait, kalangan kampus, hingga dokter-dokter hewan dalam Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia.