3. Merespons ketidakpastian di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang tak merata
Agusman menyebutkan, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan eksternal dalam kondisi ketidakpastian perekonomian global yang masih tinggi. "Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian domestik maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tutur Agusman.
Mata uang Lira Turki [REUTERS]
4. Memperhatikan perkembangan ekonomi Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Cina
Keputusan mengerek suku bunga, menurut Perry, juga didasari pada pertimbangan setelah melihat perekonomian Amerika Serikat yang diperkirakan masih tetap tumbuh kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi. Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang dan Cina masih cenderung menurun.
"The Fed diprakirakan tetap melanjutkan rencana kenaikan Fed Fund Rate (FFR) secara gradual, sementara European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) cenderung masih menahan kenaikan suku bunga," tutur Perry.
5. Mengantisipasi dampak risiko perdagangan AS dengan sejumlah negara
Selain itu, kata Perry, BI juga melihat ada potensi meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS dan sejumlah negara. Hal ini pula yang mendorong kebijakan balasan yang lebih luas termasuk melalui pelemahan mata uang di tengah berlanjutnya penguatan dolar AS secara global.
Baca: Perusahaan Multifinance Mulai Kerek Suku Bunga Kredit
6. Mengantisipasi dampak gejolak ekonomi Turki
Keputusan BI menaikkan suku bunga juga didasari pada kenyataan makin kuatnya ketidakpastian akibat munculnya risiko dari gejolak ekonomi di Turki. "Yang disebabkan oleh kerentanan ekonomi domestik, persepsi negatif terhadap kebijakan otoritas, serta meningkatnya ketegangan hubungan Turki dengan AS," ujar Perry.