TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berupaya menangani melebarnya defisit neraca berjalan Indonesia. Salah satunya dengan mengalihkan barang impor dengan produk dalam negeri.
Baca: Ketika Sri Mulyani Mendengar Curhat Kalangan Eksportir
Sri Mulyani berujar kebijakan mengenai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) pun sudah dikeluarkan. Namun pelaksanaan kebijakan itu belum optimal.
Salah satu sektor yang banyak mengimpor barang-barang modal, kata Sri Mulyani, utamanya adalah infrastruktur ketenagalistrikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN.
"Mereka sebetulnya memiliki policy TKDN, tetapi penggunaan komponen dalam negeri selama ini masih belum dipenuhi," ujarnya di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Senin, 13 Agustus 2018.
Baca Juga:
Bank Indonesia mencatat adanya kenaikan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2018. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati mengatakan defisit pada triwulan II 2018 meningkat US$ 8 miliar atau 3 persen produk domestik bruto (PDB) jika dibanding triwulan sebelumnya US$ 5,7 miliar atau 2,2 persen PDB.
"Peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas," ujarnya di Bank Indonesia, Jumat, 10 Agustus 2018. Namun ia menuturkan, hingga semester I 2018, defisit transaksi berjalan masih berada dalam batas aman 2,6 persen PDB.
Dalam jangka pendek, Sri Mulyani berharap kebijakan penggunaan kandungan dalam negeri segera diterapkan. Ia yakin mengganti barang impor dengan produk lokal akan membantu Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi sembari menekan defisit neraca berjalan saat ini.
"Kita tetap bisa mempertahankan dan menjaga momentum apabila yang disebut switching itu atau pengalihan expenditure dari tadinya barang impor menjadi barang dalam negeri bisa dilakukan cepat," ucap Sri Mulyani.
Upaya peralihan juga diterapkan pada impor bahan bakar minyak. Sri Mulyani berujar pemerintah terus menekan impor bahan bakar dengan terus memperluas penggunaan biofuel alias bahan bakar dengan campuran minyak sawit.
"Penggunaan B20 (solar dengan campuran minyak sawit 20 persen) dapat mengurangi impor minyak karena itu juga salah satu komponen terbesar," tutur Sri Mulyani.
CAESAR AKBAR | KARTIKA ANGGRAENI