TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Turki berpotensi menyebabkan pelemahan pada kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG). Analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan hubungan ekonomi dan dagang antara Indonesia dan Turki tidak begitu begitu besar secara keseluruhan. Namun hal yang perlu diwaspadai adalah risiko sistemik.
Baca: Krisis Turki, Hubungan Dagang Turki dan Indonesia Terimbas?
"Krisis ekonomi Turki membentuk sentimen negatif, karena terkait dengan risiko sistemik. Kalau merambat akan cukup berbahaya," ungkapnya, Mingg, 12 Agustus 2018.
Wisnu memperkirakan kinerja IHSG akan bergerak pada area 6.007 hingga 6.129 dengan kecenderungan melemah. Selain itu, sentimen yang menambah melemahnya IHSG adalah memanasnya perang dagang.
Secara terpisah, Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan sebelumnya krisis Yunani pun memberikan goncangan kepada negara berkembang. Padahal, produk domestik bruto (PDB) Yunani lebih kecil dari Turki. Dia mengatakan PDB Turki empat kali lebih besar dari PDB Yunani.
Selain memberikan tekan pada pasar modal Indonesia, krisis Turki pun tengah menekan nilai tukar rupiah. Dalam dua hari terakhir rupiah melemah karena ada penguatan safe heaven yakni dolar Amerika Serikat dan yen akibat krisis Turki.
Kenaikan safe haven, kata Alfred, karena adanya faktor psikologis para spekulator, yang mengincar safe haven serta dampak finansial adalah kepada kreditur. Dia mengungkapkan utang Turki banyak berasal dari negara-negara Eropa.
BISNIS
Simak berita lainnya tentang krisis Turki di Tempo.co.