TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi defisit transaksi berjalan kuartal III akan melebar menjadi kisaran 2,6 - 3,1 persen. "Defisit transaksi berjalan berpotensi melebar di kuartal III dan IV," kata Bhima saat dihubungi Minggu, 12 Juli 2018.
BACA: BI: Neraca Pembayaran Indonesia Defisit USD 4,3 Miliar
Bhima menilai hal tersebut diakibatkan naiknya biaya kebutuhan impor, pembayaran utang jatuh tempo, dan realisasi proyek infrastruktur yang menyedot bahan baku impor. Menurut dia jenis impor biayanya naik yaitu bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi.
"Sampai semester I 2018 impor bahan baku naik 21,5 persen yoy, barang modal 31,8 persen, barang konsumsi naik 21,6 persen. Impor migas juga naik cukup signifikan 20,8 persen," ujar Bhima.
Bhima mengatakan penyebab kenaikan karena pelemahan kurs rupiah membuat barang impor yang dibayar dengan valas menjadi lebih mahal. Biaya logistik juga naik karena 90 persen impor pakai kapal asing yang dibayar dengan dolar.
Bhima mengatakan harga beberapa komoditas seperti minyak mentah dan batubara juga meningkat.
BACA: BI: Kenaikan Defisit Neraca Transaksi Berjalan Naik 3 Persen PDB
Pada 10 Agustus 2018 Bank Indonesia mencatat adanya kenaikan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2018. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati mengatakan defisit pada triwulan II 2018 meningkat sebesar US$ 8 miliar atau 3 persen dari PDB.
Yati mengatakan kenaikan 3 persen tersebut jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2 persen PDB.
"Peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas," kata Yati di Bank Indonesia.
Selain itu, Yati juga menjelaskan penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas disebabkan oleh adanya kenaikan impor bahan baku dan barang modal. Hal itu sebagai dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat ditengah ekspor nonmigas yang turun.
Sementara itu, ia menuturkan peningkatan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi naiknya impor migas seiring kenaikan harga minyak global dan permintaan yang lebih tinggi saat lebaran dan libur sekolah.
KARTIKA ANGGRAENI