TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan menjadi negara keempat sebagai produsen baterai mobil listrik jika pembangunan pabrik patungan Tsingshan Group dari Cina dan Eramet Group dari Prancis dapat segera direalisasikan.
Baca juga: Jokowi Pertanyakan Arah Industri Mobil Listrik Nasional
Harjanto, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, menuturkan baterai merupakan komponen utama mobil listrik. Dengan rencana pembangunan fasilitas produksi baterai ini, Indonesia akan memiliki daya saing tinggi dalam pengembangan mobil listrik.
Dia mengatakan, saat ini hanya ada beberapa negara yang mampu memproduksi baterai untuk mobil listrik yaitu Cina, Korea Selatan, dan Jepang. “Baterai merupakan komponen utama untuk keberhasilan mobil listrik,” kata Harjanto, Selasa, 7 Agustus 2018.
Harjanto berharap pihak China segera merealisasikan investasinya untuk membangun pabrik baterai mobil listrik. “Saya dapat informasi investasinya mencapai Rp 140 triliun. Kami mengharapkan investasi ini terwujud,” katanya.
Kendati sudah mendapatkan informasi tentang rencana pembangunan pabrik baterai tersebut, Harjanto menyatakan belum mengetahui detail kapasitas pabrik maupun rencana kerja perusahaan.
Akhir pekan lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan telah menerima laporan rencana investasi oleh Tsingshan Group dan Eramet Group untuk mulai membangun pabrik olahan nikel seperti stainless steel, carbon steel, hingga lithium.
Baca juga: BPPT Siap Dukung Teknologi Pengadaan Mobil Listrik
Investasi ini akan ditandai dengan pencanangan pembangunan pada 30 Agustus mendatang. Pembangunan pengolahan nikel oleh Eramet Group awalnya ditargetkan selesai pada pertengahan 2013. Keyakinan ini diperoleh setelah keputusan investasi final disetujui pada akhir 2012.
Investasi ini kemudian diubah seiring masuknya Tsingshan Group. Hingga akhir 2017, kedua perusahaan tengah melakukan studi kelayakan lanjutan terkait pabrik baterai mobil listrik.
BISNIS