TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM menargetkan pengelolaan Blok Rokan oleh operator baru, PT Pertamina (Persero), bisa menambah produksi minyak nasional. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi, Djoko Siswanto, mengemukakan Pertamina bisa berpartisipasi dalam kegiatan pengeboran di Blok Rokan mulai tahun depan.
Baca juga: Pertamina Kelola Blok Rokan, Biaya Produksi Harus Lebih Murah
Keikutsertaan ini bisa dimulai saat perseroan membahas rencana kerja dan anggaran biaya (work plan and budget/WP&B) bersama Chevron tahun 2019. "Nanti Pertamina ikut (membahas) WP&B dulu. Nanti 2019 bisa ngebor," ujar Djoko di kantornya, Rabu 8 Agustus 2018.
Keputusan ini terhitung cepat bila dibandingkan masa transisi Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie ke Pertamina. Perusahaan migas negara saat itu baru bisa ikut serta mendanai pengeboran lapangan gas pada 2017, atau setahun sebelum kontraknya dimulai.
Namun proses transisi ini tak mudah. Pasalnya, perseroan harus berunding untuk menyepakati kesepakatan transisi bersama Chevron. Nantinya, hasil perundingan akan menjadi bekal perusahaan migas asal Amerika Serikat ini untuk mengamandemen kontrak. Selain itu, Pertamina juga harus membayar biaya atas pengeboran yang disepakati di blok migas terbesar di Indonesia ini.
Keputusan penyerahan Blok Rokan terbit setelah Pertamina dan Chevron bersaing dalam proposal pengelolaan yang diajukan sejak bulan lalu. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Pertamina lebih unggul dalam hal besaran bonus tanda tangan sebesar US$ 784 juta dan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta.
Saat ini kata Arcandra, pemerintah sudah menyepakati syarat dan ketentuan operasi blok bersama Pertamina. Bagi hasilnya, Arcandra berujar, dibagi secara bruto melalui skema gross split. Untuk lapangan Duri Pertamina berhak mendapat 65 persen jatah minyak dan 70 persen gas. Sedangkan di lapangan selain Duri, korporasi memperoleh bagian 61 persen minyak dan 66 persen gas.
Dia menuturkan, pemerintah memberi jatah lebih besar di lapangan Duri karena minyaknya tergolong heavy crude oil yang banyak mengandung logam dan belerang sehingga keekonomiannya lebih rendah. "Lapangan Duri karakternya berbeda dibanding lapangan lain karena heavy oil. Makanya splitnya berbeda," tutur Arcandra.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Syahrial Mukhtar menuturkan akan segera membicarakan proses transisi bersama Chevron. "Kami pasti akan membicarakan langkah ini bersama Chevron," kata dia.
Guna menjaga produksi, Pertamina akan mencari sumber daya baru di 7 ribu titik eksplorasi di Blok Rokan. Perusahaan juga akan melanjutkan proyek pengurasan minyak yang dimulai Chevron. Kebutuhan dananya diperkirakan mencapai US$ 70 miliar atau Rp 1.015 triliun.
Chevron enggan menjawab terkait rencana
ESDM membolehkan Pertamina berinvestasi lebih awal di Blok Rokan. Meski begitu, perusahaan menyatakan bakal melakukan segala cara untuk menjaga kelangsungan produksi. "Kami berkomitmen untuk melaksanakan program kerja untuk memenuhi target produksi," ungkap Corporate Communications Manager Chevron Indonesia Danya Dewanti.