TEMPO.CO, Jakarta - Proses penggabungan usaha atau merger antara PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) dimulai. Dimulainya proses merger ini seiring dengan diajukannya seluruh dokumen rencana merger tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca: Kenapa Sumitomo Incar Saham Mayoritas BTPN?
Siaran pers BTPN hari ini menyebutkan setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas yang berwenang, perusahaan akan mengajukan persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada waktunya. Direktur Utama BTPN Jerry Ng menyebutkan penggabungan itu akan melahirkan bank baru yang lebih besar dan lebih kuat.
Dengan begitu, Jerry yakin, bank dapat lebih berperan memenuhi kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat di berbagai sektor di Indonesia, baik retail maupun wholesale. "Dalam proses penggabungan ini, BTPN memastikan layanan operasional bank akan tetap berjalan tanpa gangguan dan proses operasional kedua bank dapat disatukan dengan lancar," seperti dikutip dari rilis, Kamis, 2 Agustus 2018.
Baca: BTPN Buka Layanan Digital Banking Jenius di Bandung
Berdasarkan neraca per 31 Mei 2018, aset bank hasil penggabungan yang namanya dipertahankan yakni BTPN, diperkirakan mencapai Rp 179 triliun. Bank hasil penggabungan itu nantinya akan dipimpin oleh Ongki Wanadjati Dana yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Utama.
Sebelumnya BTPN dan SMBCI telah mempublikasikan ringkasan rancangan merger kedua bank. Publikasi mencakup penjelasan mengenai nama bank hasil penggabungan, visi, misi, dan strategi bisnis bank hasil penggabungan, termasuk susunan direksi dan dewan komisaris.
Publikasi merupakan bagian dari keterbukaan informasi atas rencana untuk melaksanakan penggabungan dua anak usaha Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) di Indonesia yakni BTPN dan SMBCI. SMBC merupakan pemegang saham pengendali di BTPN dan SMBCI dengan porsi kepemilikan saat ini di masing-masing bank adalah 40 persen dan 98,48 persen.
"Publikasi ini menjadi tonggak dimulainya secara resmi proses penggabungan BTPN dengan SMBCI yang kami yakini akan memberikan dampak positif, bukan hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi perekonomian nasional," kata Jerry.
Sejak pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2008, BTPN mencatatkan pertumbuhan kinerja cemerlang. Selama 10 tahun terakhir, aset melonjak dari Rp 9,34 triliun per September 2007 menjadi Rp 99,9 triliun pada akhir Juni 2018, atau meningkat hampir 10 kali lipat. Sementara laba bersih tumbuh dari Rp 244,67 miliar selama kurun Januari-September 2007 menjadi Rp 1,09 triliun selama semester pertama 2018.
Sejumlah bisnis baru pun terus dikembangkan selama sepuluh tahun terakhir ini, termasuk melahirkan inovasi produk dan layanan berbasis digital seperti Jenius dan BTPN Wow!. Sementara itu, SMBCI beroperasi sejak 1989 dengan menawarkan berbagai jasa keuangan dan produk yang dibutuhkan perusahaan berskala besar di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, SMBCI juga aktif berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi khususnya proyek infrastruktur dan industri pendukung. Hingga akhir Maret 2018, SMBCI telah menyalurkan kredit senilai Rp 64,3 triliun.
SMBC sendiri adalah anak perusahaan yang dimiliki penuh oleh Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG). SMBC dan SMFG merupakan institusi keuangan terkemuka di Jepang dan penyedia layanan keuangan terkemuka di dunia.
Makoto Takashima, President and CEO of SMBC mengatakan, pihaknya akan terus mendukung manajemen bank yang baru untuk membuat BTPN menjadi bank pilihan utama di Indonesia dengan fokus pada teknologi. Terlebih, kata Makato, SMBC sebagai pemegang saham pengendali BTPN dikenal salah satu bank yang sangat inovatif di Asia Tenggara.
ANTARA