TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, memprediksi rupiah akan menguat dengan kecenderungan terbatas, Rabu ini. Nafan memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan berada di kisaran Rp 14.400-Rp 14.460.
Baca: Jokowi Minta Menterinya Serius: Negara Ini Sedang Butuh Dolar
"Adapun data makroekonomi domestik berupa data-data inflasi yang diproyeksikan lebih positif diharapkan mampu memberikan katalis positif bagi rupiah," kata Nafan saat dihubungi, Rabu, 1 Agustus 2018.
Namun, kata Nafan, para pelaku pasar global lebih mencermati kebijakan penetapan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dipertahankan pada level 2 persen, beserta statement penting dari Federal Open Market Committee atau FOMC.
"Apabila statement tersebut bersifat hawkish, hal ini akan memberi katalis positif bagi dolar AS," kata Nafan.
Di sisi lain, Nafan menilai sentimen perang dagang sudah mulai mereda, mengingat kemungkinan akan dibuka kembali dialog pada pertemuan bilateral antara Amerika dan Tiongkok terkait dengan perundingan perdagangan.
Baca: Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis Pagi Ini
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 14.413 pada Selasa, 31 Juli 2018. Angka tersebut menunjukkan penguatan 4 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.409, pada penutupan Senin, 30 Juli 2018.
Sedangkan pada 31 Juli 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah adalah Rp 14.485 dan kurs beli Rp 14.341.
Senior Analyst CSA Research Institute, Reza Priyambada, memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.400-Rp 14.421. Menurut Reza, pergerakan rupiah yang tertahan kenaikannya dan cenderung melemah diharapkan hanya bersifat sementara seiring dengan kenaikan yang terjadi pada beberapa hari sebelumnya.
Reza mengatakan beberapa data makroekonomi lainnya dapat memberi sentimen positif yang membuat rupiah dapat tertahan pelemahannya dan menemukan kembali momentum kenaikannya. "Meski demikian, tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah," tuturnya.