TEMPO.CO, Jakarta -Menjelang Idul Adha, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur mengantisipasi menyebarnya penyakit anthrax atau bacillus anthraksis atau radang limpa hewan ternak. Tim dari Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro memperketat jalur perbatasan dari dan yang masuk di kabupaten perbatasan Jawa Timur - Jawa Tengah ini.
BACA:Menjelang Idul Adha, Kota Bogor Gelar Pasar Ternak Hewan Kurban
Jalur perbatasan yang diperketat, di antaranya Pos Hewan Kecamatan Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur--Cepu, Blora, Jawa Tengah. Kemudian Pos Hewan Margomulyo, Bojonegoro—Kabupaten Ngawi. Juga jalur antara Kecamatan Gondang, Bojonegoro—Kabupaten Nganjuk. Juga Pos Hewan di Kecamatan Baureno, Bojonegoro—Babat, Lamongan. “Jalur perbatasan memang kita perketat,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro Ardiyono Purwiyanto pada Tempo, Selasa 31 Juli 2018.
Ardiyono melanjutkan bahwa Kabupaten Bojonegoro masuk kategori daerah bebas anthrax dan juga penyakit mulut dan kuku. Meski demikian, pihaknya tidak mau mengambil sehingga harus memperketat jalur pengiriman binatang ternak. Seperti sapi, kerbau dan juga kambing.
Diakui oleh Ardiono, beberapa tahun silam, penyakit anthrax memang tengah berkembang di beberapa daerah di Jawa Tengah. Tetapi setelahnya sudah tidak muncul lagi hingga sekarang ini. Meski demikian, antisipasi tetap dilakukan oleh tim di bawah Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro.”Ya tentu antisipasi,” imbuhnya.
Baca Juga:
BACA: Asian Games, 2 Kecamatan Potong Hewan Kurban Gratis Tapi...
Data di Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro menyebutkan, populasi ternak sapi di kabupaten ini tahun 2017 sebanyak 201.75 ekor. Dari jumlah tersebut ada sebanyak 81.000 ekor sapi betina usia produktif. Sedangkan areal peternakan sapi di Bojonegoro menyebar di beberapa kecamatan terutama di bagian barat. Seperti Kecamatan Tambakrejo, Kasiman, Ngraho, Malo dan juga di Padangan.
Selain itu, Kabupaten Bojonegoro juga telah mengembangkan Sekolah Peternakan Sapi atau SPR yang berlokasi di empat kecamatan yang mulai dirintis 2014 lalu. Yaitu Kecamatan Kedungadem, Temayang, Kasiman dan Tambakrejo. Pengembanga SPS langsung dibimbing oleh Direktorat Jenderak Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Lembaga tersebut diproyeksikan sebagai percontohan pengembangan sapi di Tanah Air.