TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya belum tertarik mendanai pembelian 51 persen saham PT Freeport Indonesia oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum. Salah satunya karena mengatakan karena bunga yang ditawarkan untuk pembelian tersebut sangat kompetitif.
Baca: Amien Rais Sebut Freeport Kemplang Pajak, Ini Respons Pemerintah
"Belum lah, kami belum. Kan kalau kami lihat komentar dari bank pemerintah juga bunganya terlalu kompetitif," kata Jahja di Hotel Indonesia Kempinski, Kamis, 26 Juli 2018.
Selain itu, Jahja mengatakan BCA tidak bisa bersaing dengan bank asing dalam mengucurkan dana dalam bentuk valuta asing dolar. Adapun pembelian 51 persen saham PT Freeport Indonesia sudah dipastikan akan dalam bentuk dolar AS sebesar US$ 3,85 miliar.
Baca: Divestasi Saham Freeport Tak Jadi Didanai Bank BUMN
Lain halnya, kata Jahja, jika pembiayaan yang dibutuhkan dalam bentuk rupiah. Mungkin BCA bisa bersaing untuk membiayai pembelian saham tersebut. "Tapi kalau sudah dana dolar, repot, kami tidak mau. Kami menjaga portofolio dolar kami tuh jangan terlampau besar," ucapnya.
Head of Corporate Communications PT Inalum Rendi Ahmad Witular sebelumnya mengatakan pembiayaan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia akan didanai oleh bank asing. Hal itu dimaksudkan agar tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah.
"Kami tidak mau mempengaruhi konversi rupiah karena nanti transaksinya nantikan dilakukan di luar, dalam bentuk dolar. Pendapatan Inalum dan PTFI dalam dolar sehingga tidak akan mengganggu nilai tukar rupiah," kata dia di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin, 23 Juli 2018. Namun ia enggan menjelaskan berapa banyak dan siapa saja bank asing yang akan ikut mendanai akuisisi saham tersebut.
Sebelumnya, Ketua Himbara Maryono mengatakan empat bank BUMN tidak akan ikut dalam memberi pinjaman kepada PT Inalum untuk proses akuisisi 51 persen saham PT Freeport Indonesia. Maryono menjelaskan pinjaman tersebut kemungkinan akan dikonsentrasikan untuk dibiayai oleh bank-bank asing atau bank swasta. "Ya alasannya supaya ada juga uang masuk mengalir dari negara-negara lain sehingga ini bisa menambah devisa kita," ucap dia.
KARTIKA ANGGRAENI