TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mendorong Indonesia berfokus meningkatkan produksi dan ekspor produk - produk halal yang bisa menjadi unggulan dalam negeri. Sektor yang paling potensial antara lain makanan dan minuman halal.
Baca: Perry Warjiyo Sedih, Soal Produk Halal Indonesia Jauh Ketinggalan
"Produk dan sumber daya alam banyak, tinggal diproses lebih lagi,"ujar Perry di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Rabu, 25 Juli 2018.
Selain itu, produk potensial lainnya adalah fesyen halal. Perry menilai sektor itu sangat prospektif karena permintaannya juga sangat besar. "Tadi disebut di tubuh muslimah saja ada 34 produk halal, sementara dari setiap muslim 25 produk."
Begitu pula dengan sektor farmasi halal yang bisa menjadi lahan basah yang bisa digarap. Sehingga, produk halal Indonesia bisa berkembang di samping pesatnya perkembangan sektor keuangan syariah.
Pengembangan produk-produk unggulan itu juga, kata dia, mesti dibarengi kampanye yang agresif dan sinergis untuk memperkenalkan produk halal sebagai gaya hidup. "Misalnya penggunaan jilbab bukan hanya untuk memenuhi syariat, tapi juga tetap cantik dan kece, itu halal life style," kata Perry.
Apalagi, ia melihat masyarakat muslim muda kini tambah kaya dan semakin mempraktekkan gaya hidup halal. "Jadi akan banyak yang butuh produk itu."
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro berujar perbincangan soal industri halal akan berkaitan dengan daya saing produk manufaktur. Indonesia, menurut dia, sudah unggul di produksi industri makanan minuman.
Sekarang, Indonesia tinggal memutar otak untuk memperkuat branding dan memberi nilai tambah produk makanan minuman Indonesia menjadi produk halal. "Seperti cerita Pak Perry soal daging sapi Australia, mereka kan sudah eksportir sapi terbesar di Indonesia, tinggal ditingkatkan jadi halal," ujar Bambang.
Selain produk makanan minuman, industri dalam negeri yang memiliki daya saing yang bagus, kata Bambang, adalah garmen dan tekstil. Walau sampai sekarang untuk produk jilbab pun Indonesia masih impor.
Oleh karena itu, Bambang mendorong semua pihak untuk terlibat meningkatkan produk-produk lokal untuk menggantikan produk halal impor. "Saya lihat industri halal lebih besar dari sektor keuangan," kata dia. "Jadi bisa memperkuat dan meningkatkan kesejahteraan umat islam."