TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia belum menjadi pemain kunci dalam perkembangan ekonomi syariah dunia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengantongi banyak data yang menyebutkan Indonesia masih lebih banyak menjadi konsumen ketimbang pelaku utama.
Baca: Di Pertemuan IDB, Sri Mulyani: Keuangan Islam Tetap Menjanjikan
Menurut Darmin, sebenarnya tidak ada hambatan untuk mengembangkan ekonomi syariah dalam negeri. Namun, Indonesia memang telat memulai pengembangan ekonomi syariah. "Kita memang lebih lambat mulainya, dimulai dengan pendirian Bank Muamalat 20-25 tahun yang lalu," ujar Darmin di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Rabu, 25 Juli 2018.
Darmin mengatakan Indonesia juga terlalu lama membahas pembiayaan syariah dengan pajak pertambahan nilai. Pembahasan itu berlangsung lama dan baru rampung pada kurun waktu 2008-2009 lalu. "Setelah itu, baru benar-benar enggak ada persoalan pajak dari pembiayaan syariah ini," kata Darmin.
Padahal, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemain kunci dalam berkembangnya ekonomi syariah di dunia. Sebab Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar dengan pangsa 12,7 persen dari total populasi muslim dunia.
Besarnya potensi Indonesia tidak hanya terlihat dari jumlah penduduk, melainkan juga berbagai kegiatan yang melibatkan sektor keuangan dan riil seperti industri syariah. Apabila ditilik dari pangsa pengeluaran penduduk muslim dunia pada tahun 2016, Indonesia bisa menyumbang sekitar 12 persen. "Pangsa tersebut diproyeksikan akan meningkat dari US$ 2,1 triliun menjadi US$ 3 triliun pada 2022," kata Darmin.
Bila dilihat lebih detail, kata Darmin, pengeluaran konsumsi transaksi makanan mencapai US$ 1,2 triliun atau 17 persen dari pengeluaran konsumsi makanan global di 2016. Adapun besar pasar makanan Indonesia pada 2016 bisa mencapai US$ 169,7 miliar dan diproyeksi meningkat menjadi US$ 1 triliun pada 2030.
"Pada sektor kosmetik, obat-obatan dan busana muslim, Indonesia masuk ke dalam lima besar konsumen terbesar, tapi kita tidak masuk lima besar negara pengekspor," ujar Darmin.
Angin segar ekonomi syariah terlihat pada sektor pariwisata yaitu Indonesia menduduki peringkat 4 negara anggota OKI dengan kunjungan turis terbanyak. Indonesia mencatatkan pengeluaran wisata muslim global sebesar US$ 169 miliar atau 11,8 persen dari pengeluaran konsumsi wisata global.
Baca: Wacana Wajib Bank Syariah di Aceh, OJK: Tak Perlu Khawatir
Begitu pula pada industri keuangan syariah, Indonesia berhasil naik peringkat dari peringkat 9 di 2016 ke peringkat ketujuh pada 2017. Aset keuangan syariah Indonesia pada periode itu naik menjadi US$ 81,8 miliar dari US$ 47,6 miliar pada 2016.