TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengundang investor asal Amerika Serikat untuk menanamkan investasi di tujuh sektor di Indonesia, yakni sektor energi terbarukan, pertambangan mineral, infrastruktur, transportasi darat, transportasi laut dan udara, industri manufaktur dan pariwisata.
Baca: Pemilu Serentak 2018 Tak Akan Pengaruhi Keputusan Investor
"Kami percaya bahwa penting untuk melayani investor di masa akan datang dengan semua fasilitas yang dibutuhkan seperti listrik, konektivitas dan efisiensi ekonomi. Sudah menjadi tugas saya untuk menarik investasi ke Indonesia sekaligus mengajak para investor untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Rini dalam keterangan tertulis, Rabu, 25 Juli 2018.
Rini melakukan kunjungan kerja ke AS dalam acara Investment Forum "Central for Strategic & International Studies (CSIS) - Bank BNI Roundtable" di Washington DC, Amerika Serikat, Selasa, 24 Juli 2018. Hadir acara itu Deputi bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Fajar Harry Sampurno bersama sejumlah Direktur Utama BUMN.
Ketujuh sektor tersebut, menurut Rini, merupakan sektor yang tengah dipercepat pembangunannya oleh pemerintah guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dia menjelaskan, pada sektor energi terbarukan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Pemerintah tengah mengembangkan potensi besar dari energi panas bumi (geothermal), solar panel (tenaga surya) dan pembangkit listrik bertenaga angin.
Jokowi menargetkan sedikitnya 23 persen bauran energi nasional akan berasal dari sumber terbarukan pada 2025. Oleh karena itu, ujar Rini, BUMN energi saat ini tengah fokus mengembangkan proyek geothermal senilai US$ 19,3 miliar.
Indonesia terletak tepat di antara dua lempeng tektonik besar, memiliki 40 persen dari cadangan panas bumi dunia (setara dengan 28,5 GWe). Hal itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan potensi geothermal terbesar. Indonesia juga terletak tepat di khatulistiwa dan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yang berarti bahwa Indonesia juga memiliki potensi luar biasa untuk pembangkit listrik tenaga surya dan angin.
"Singkatnya, sektor energi Indonesia adalah pasar yang sangat strategis," kata Rini. Selain itu, Indonesia merupakan produsen batu bara terbesar kelima di dunia dengan memiliki cadangan batubara sekitar 26 miliar ton (per 2017).
Pemerintah juga saat ini tengah serius mewujudkan hilirisasi hasil tambang Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan investasi besar untuk pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter).
Pada sektor infrastruktur, Rini turut mengungkap peluang investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Walini, Jawa Barat. KEK Walini yang terletak di antara Jakarta dan Bandung ini akan berfokus pada hiburan, pendidikan dan penelitian farmasi. Sedikitnya nilai investasi yang ditawarkan pada proyek ini mencapai US$ 3,6 miliar.
Baca: Investor Lokal Belum Bisa 'Lawan' Aksi Jual Asing di Bursa Saham
Adapun peluang investasi di berbagai konsesi Transit Oriented Development (TOD) di Jakarta sebagai penghubung hub konektivitas berbagai area di kota melalui transportasi multimode. "Tak hanya itu, sektor manufaktur Indonesia pun tak kalah menarik, ditopang dengan 128 juta tenaga kerja lokal. Adapun pada sektor pariwisata kami tengah mengembangkan kawasan ekowisata Mandalika di Lombok. Pengembangan landmark ini akan menjadikan Mandalika tujuan bagi dua juta turis setiap tahunnya," ungkap Rini.
BISNIS