TEMPO.CO, Semarang - Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani Semarang, Devy Suradji mengatakan, pembukaan lelang transportasi dari Bandara Internasional Ahmad Yani dilaksanakan Agustus. Proses tersebut harus melalui studi kebutuhan masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan.
Baca juga: Kodam: Tidak Ada Monopoli Perusahaan Taksi di Bandara Ahmad Yani
"Kita harus mereview dulu bagaimana tolak ukurnya. Jadi kita akan menggunakan independent body untuk studi itu. Karena soal kuota taksi argometer dan sebagainya harus ada studi dan model dari Dishub (Dinas Perhubungan)," ujar Devy di Bandara Ahmad Yani, Senin 23 Juli 2018.
Studi tersebut, kata Devy, menjaga agar kebutuhan taksi di bandara tidak mengalami surplus. Versi kebutuhan dari penumpang dibutuhkan agar mengemuka kebutuhan masyarakat yang riil.
Devy mengatakan, pelayanan taksi argometer yang masih bersifat sementara tersebut akan terus diperbaiki. Jika lelang sudah jalan, ia memprediksikan akhir tahun bersamaan penyelesaian pembangunan bandara secara utuh bisa terlaksana.
"Seperti di Bandara Juanda. Ada banyak pilihan, mulai dari sewa, argo, dan taksi berdasarkan zona. Semua juga pilihan masyarakat. Karena penumpang dari Ahmad Yani tidak hanya masyarakat Semarang saja, melainkan kota di sekitarnya. Kalau dekat pakai argo atau Bus Trans, jauh dan mau langsung sampai pakai taksi zona, kalau mau wisata bisa pakai sewa yang boleh mampir-mampir," ujar Devy.
Proses pelelangan transportasi yang berkesinambungan tersebut, lanjut Devy, akan dilakukan terbuka berdasar kebutuhan. Para penawar harus bertarung menyajikan yang terbaik untuk kebutuhan masyarakat.
"Namanya taksi, enggak cuma bawa brand aja, harus bawa ketersediaan, kualitas, dan keamanan, dan harus bisa hitung semua. Proses lelangnya juga enggak singkat, harus ada dokumen penyertaan seperti izin dan sebagainya. Bandara bukan hanya sekedar target turism saja, tapi juga untuk roda perekonomian," kata dia.
Devy berujar, rencana transportasi yang terintegrasi di Bandara Ahmad Yani sebenarnya sudah disusun sebelum komplain dari Nathalie mengemuka. Hanya saja, bandara tersebut dioperasionalkan sebelum seluruh pembangunan jadi 100 persen.
Ia berharap masyarakat memaklumi kondisi tersebut. Seiring dengan perbaikan rencana sistem transportasi, pembangunan juga akan diteruskan sesuai target untuk pengoptimalan pelayanan.
"Yang akan kita bangun adalah transportasi yang terintegrasi di Ahmad Yani. Bukan hanya bangun bandara, tapi juga destinasi. Bandara ini dibuka saat itu untuk melayani Lebaran, dan itu pilihan yang lebih baik saat itu. Makanya Pak Presiden Jokowi tidak menandatangani prasasti saat itu. Nanti, saat semua jadi, kita akan luncurkan segala sarana yang lebih baik," ucapnya.
Sebelumnya, terdapat masyarakat yang membuat surat terbuka atas pelayanan taksi di Bandara Ahmad Yani. Saat itu Nathalie dipaksa turun seseorang karena menggunakan taksi argometer yang tidak bekerjasama dengan pihak bandara.