TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan membawa proposal lengkap pengembangan light rail transit atau LRT atau kereta ringan di tiga kota dalam International Monetary Fund and World Bank Annual Meeting di Pulau Bali, Oktober 2018. Pemerintah akan membujuk kedua organisasi internasional ini untuk membiayai proyek kereta ringan di Medan, Bandung, dan Surabaya.
BACA: LRT Belum Siap Saat Asian Games, BPTJ Punya Cadangannya
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan ada sejumlah syarat yang diberikan IMF dan World Bank atau Bank Dunia sebelum menggelontorkan dana pinjaman. "Pertama kedalaman studi bahwa LRT ini benar menjadi solusi transportasi massal di tiga kota itu," kata Budi saat ditemui dalam acara Masyarakat Pecinta Kereta Api (Maska) di Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Juli 2018.
Saat ini, kata Budi, pemerintah telah menyelesaikan studi kelayakan proyek dan tengah mencari model pembiayaan yang paling efisien. Empat lembaga terlibat dalam finalisasi studi kelayakan dan model pembiayaan ketiga proyek ini. "Masing-masing kan punya keahlian nanti digabungkan jadi satu proposal lengkap," kata dia.
Untuk LRT Medan, tugas ada pada Kementerian Keuangan dan PT Sarana Multi Infrastruktur (persero). Lalu LRT Bandung langsung ditangani oleh Kementerian Perhubungan. Terakhir, LRT Surabaya dikerjakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. "Kami akan merancang bagaimana LRT bisa menjadi preferensi angkutan massal di tiga kota ini," ujarnya.
Syarat kedua, kata Budi, yaitu studi soal jenis LRT apa yang akan digunakan. Menurut dia, model LRT yang akan dikembangkan di masing-masing kota tidak akan sama. Untuk Bandung misalkan, model yang akan dikembangkan kemungkinan adalah metro kapsul karena di sana, proyek ini sudah mulai berjalan. Sementara Surabaya, LRT kemungkinan akan dikombinasikan dengan jalur trem yang juga akan mulai di reaktivasi.
BACA: Setelah Asian Games, LRT Palembang Akan Jadi Transportasi Umum
Pendanaan dari IMF dan Bank Dunia ini akan melanjutkan tren pembiayaan proyek kereta di Indonesia oleh swasta nasional atau swasta asing. Skema serupa telah dilakukan pada proyek LRT Jakarta Bogor Depok Bekasi. Budi memperkirakan waktu dari pengajuan proposal hingga pendanaan turun tidak akan lama. "Feeling saya setahun bisa selesai prosesnya."
Selain dari IMF dan Bank Dunia, Budi mengatakan proyek LRT ini juga akan membuka kesempatan bagi swasta lokal untuk terlibat. Menurut dia, swasta sebenarnya sudah bisa mulai masuk pada pengembangan sarana dan operational maintenance. "Jadi pemerintah tinggal bangun prasarana saja," tutur Budi.