TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, 13 Juli 2018, bergerak menguat 33 poin menjadi Rp 14.357 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.390 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan, penguatan rupiah tidak sepenuhnya didukung oleh sentimen yang ada di mana pergerakan dolar AS terapresiasi dengan memanfaatkan sentimen rilis data ekonominya dan melemahnya yen.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Menguat di Rp 14.350 - Rp 14.339
"Masih rentannya rupiah dapat menghalangi potensi kenaikan lanjutan sehingga perlu dicermati berbagai sentimen, terutama pergerakan sejumlah mata uang global terhadap dolar AS," ujar Reza.
Reza menuturkan, meski timbul kekhawatiran terhadap dampak dari terjadinya perang dagang AS-Cina, laju dolar AS cenderung mampu menguat seiring dengan penilaian mata uang tersebut mendapat keuntungan dari adanya perang dagang.
Di sisi lain, lanjut Reza, turunnya mata uang yen memberikan kesempatan pada Dolar untuk kembali menguat. Tidak hanya itu, meningkatnya inflasi AS direspons positif sehingga berimbas pada meningkatnya laju dolar.
"Sementara itu, meski laju dolar AS terlihat menguat namun, laju Rupiah mampu terapresiasi seiring masih ada imbas disetujuinya RAPBN 2019," ujar Reza.
Senada dengan nilai tukar rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat dibuka menguat sebesar 0,61 poin atau 0,01 persen ke posisi 5.908,48. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 0,15 poin (0,02 persen) menjadi 930,5.
ANTARA