TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan rupiah sejak awal pekan hingga Rabu, 11 Juli 2018 yang bertengger di posisi Rp14.385 per dolar AS, dinilai sebagai sinyal positif dari langkah kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi kuat dengan pemerintah. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan langkah bank sentral menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin dalam RDG Juni lalu memang dimaksudkan supaya pasar keuangan Indonesia tetap kompetitif, khususnya pasar Surat Berharga Negara.
"Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir ini terjadi arus masuk asing ke SBN dan itu menjadi satu poin positif yang memang mendorong stabilitas nilai tukar," ujar Perry, Rabu, 11 Juli 2018.
Selain itu, Perry menuturkan bank sentral dan pemerintah melakukan koordinasi yang sangat erat untuk membuat bauran kebijakan antara kebijakan fiskal, kebijakan reformasi struktural dan juga dukungan dari kebijakan bank sentral dan juga dari OJK.
Baca: Rupiah Bergerak di Kisaran Rp 14.340-14.400, Cenderung Menguat
Menurutnya, koordinasi itu memang akan diarahkan untuk mendorong ekspor mengurangi impor mendorong pariwisata dan mendorong arus modal asing untuk pembiayaan ekonomi.
"Koordinasi terus dilakukan untuk tidak hanya memperkuat dari transaksi berjalan kita tapi juga mendorong pertumbuhan dan itu menjadi satu poin penting," ujar Perry.
Selanjutnya, dia menegaskan BI akan terus berada di pasar memantau pasar menjaga stabilitas ekonomi dan menjaga stabilitas nilai tukar dengan berbagai instrumen yang ada.
Baca: Rupiah Melempem, Industri Farmasi Dilema Naikkan Harga Produk
Jumat 29 Juni 2018, Bank Indonesia kembali melakukan penyesuaian suku bunga kebijakan BI 7 Days (Reverse) Repo Rate (BI-7DRR) sejumlah 50 bps menjadi 5,25 persen sebagai respons luar biasa bank sentral dalam menyikapi perkembangan kurs rupiah yang semakin tertekan akibat penguatan dolar AS.
Bank Indonesia mengungkapkan dalam operasi moneternya telah mengucurkan dana hingga Rp 18,5 triliun dalam rangka intervensi pasar sekunder surat utang pemerintah dari awal tahun hingga hari ini, Selasa, 11 Juli 2018 dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, intervensi pada pasar sekunder sekitar Rp 18,5 triliun. Adapun untuk pasar primer yang bukan dalam konteks intervensi sekitar Rp 42 triliun.
BISNIS