TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan penerimaan negara lebih tinggi Rp 8 triliun dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Jumlah tersebut berasal dari kombinasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak.
"Pendapatan negara dengan kalkulasi yang kita hadapi sekarang dengan kurs di semester II dan lain-lain itu kami lihat akan 100 persen atau ada sekitar Rp 8 triliun, lebih tinggi yang berasal dari kombinasi PNBP dan pajak," kata Sri Mulyani saat ditemui di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 10 Juli 2018.
Baca juga: Sri Mulyani Lapor Pendapatan Negara Naik 16 Persen ke Jokowi
Dalam APBN 2018, target pendapatan negara, yaitu Rp 1.894,7 triliun. Sedangkan realisasi hingga Mei 2018 telah mencapai Rp 685,06 triliun. Pencapaian tersebut telah memenuhi 36,16 persen dari target penerimaan pendapatan negara dan hibah yang ditetapkan pada APBN 2018.
Namun Sri Mulyani masih enggan membeberkan data lengkapnya. "Tanggal 13 Juli nanti kami sampaikan laporan semester satu kepada Dewan, itu termasuk kajian terhadap semester I dan keseluruhan tahun 2018," kata dia.
Sedangkan perkembangan penerimaan perpajakan secara lebih rinci hingga akhir Mei 2018, yaitu sebesar Rp 484,50 triliun berasal dari penerimaan pajak dan Rp 54,16 triliun merupakan penerimaan yang berasal dari kepabeanan dan cukai.
Berdasarkan target penerimaan pada APBN 2018, penerimaan pajak dan kepabeanan dan cukai telah terealisasi masing-masing sebesar 34,02 persen dan 27,91 persen.
Menurut Sri Mulyani, realisasi PNBP sampai dengan 31 Mei 2018 mencapai Rp 144,99 trilliun atau mencapai 52,65 persen dari target APBN 2018 sebesar Rp 275,43 trilliun. Capaian Realisasi PNBP ini tumbuh sebesar 17,36 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017.