TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan data ke Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) soal pendidikan di Vietnam yang lebih baik dari Indonesia. Sri Mulyani membandingkan dengan Vietnam, karena sama-sama mengalokasikan 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negaran (APBN) untuk pendidikan.
"Mereka mulai di belakang kita, tapi Vietnam kalau dihitung score test-nya, anak murid mereka lebih tinggi," kata Sri Mulyani di Aula Gedung Guru Indonesia, Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Baca juga: Sri Mulyani Sindir Tunjangan Guru: Besar Tapi Tak Berkualitas
Sri Mulyani mencontohkan skor tes di tiga bidang, yaitu matematika, membaca, dan sains. Pada bidang matematika, kata Sri Mulyani, skor tes di Vietnam bisa mencapai 90, sedangkan di Indonesia 60 sampai 70.
"Membaca, kelihatannya sangat sederhana. Membaca saja Indonesia di bawah," kata Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia ada di bawah Vietnam. Padahal harapan mendidik di Indonesia adalah untuk karakter dan nilai supaya masyarakat tetap memiliki loyalitas, militansi, menjaga kedaulatan RI, juga ingin memiliki generasi yang mampu bersaing dan mengikuti kemajuan zaman.
"Kalau mengikuti media sosial Instagram dan Facebook gampang, tapi menciptakan menjadi sulit," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan PGRI merupakan pilar penting yang tidak hanya memperjuangkan kesejahteraan guru, tapi juga untuk memperjuangkan hasil pendidikan yang baik. Menurut Sri Mulyani, konstitusi Indonesia mengharapkan keberpihakan kepada sumber daya manusia. Karena itu, menurut Sri Mulyani, pendidikan menjadi hal yang sangat penting.
Sri Mulyani mengatakan setiap tahun anggaran untuk pendidikan naik, karena pendapatan dan belanja negara naik. Pemerintah mengalokasikan 20 persen atau Rp 444 triliun APBN untuk pendidikan. Menurut Sri Mulyani, pada 2009 anggaran pendidikan sekitar Rp 160 triliun, pada 2013 naik menjadi Rp 332 triliun dan pada 2017 juga naik menjadi Rp 419,8 triliun.
Sri Mulyani juga menyampaikan upaya pemerintah yang saat ini sangat gencar menekan jumlah anak-anak yang kurang gizi atau stunting. Karena kurang gizi, kata Sri Mulyani, juga membuat kemampuan otak tidak berkembang dengan maksimal.
Sri Mulyani mengatakan saat ini 37 persen anak Indonesia mengalami kurang gizi yang menyebabkan mereka kuntet. "Bukan masalah kurus dan gemuk, tapi masalah otak berkembang penuh atau tidak. Kami berusaha penuh menguranginya dan mengatasi stunting," ujar Sri Mulyani.