TEMPO.CO, Bogor - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 sebesar 5,2 persen. Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi pada semester 1 2018 diperkirakan 5,1 persen.
Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,2 persen didapat berdasarkan perkiraan keseluruhan penerimaan negara pada 2018 sedikit lebih tinggi ketimbang yang sudah direncanakan yaitu mencapai Rp 1.903 triliun dari rencana awal sebesar Rp 1.894 triliun.
Baca juga: Laporkan APBN 2017 ke DPR, Sri Mulyani: Perekonomian Nasional Positif
"Jadi dalam hal ini, pendapatan negara diperkirakan lebih tinggi sedikit yaitu Rp 8,3 triliun," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin, 9 Juli 2019.
Dari sisi belanja negara, Sri Mulyani memperkirakan penyerapannya hingga akhir tahun mencapai 95-96 persen. Angka tersebut dinilai Sri Mulyani cukup tinggi karena biasanya penyerapan hanya sampai 93 persen. Sehingga, ia memperkirakan total belanja negara yang terserap sebesar Rp 2.217,3 triliun atau selisih Rp 3,4 triliun dibandingkan APBN 2018 yang dalam undang-undang sebesar Rp 2.220 triliun.
Karena angka belanja negara hanya selisih Rp 3,4 triliun dan pendapatan negara lebih tinggi Rp 8,4 triliun, Sri Mulyani memperkirakan defisit anggaran untuk keseluruhan tahun anggaran 2018 hanya sebesar Rp 314,2 triliun. "Angka ini lebih kecil dari UU APBN yang sebesar Rp 325,9 triliun. Jadi nominalnya mengecil," kata dia.
Secara persentase, menurut Sri Mulyani, defisit anggaran terhadap PDB diperkirakan sebesar 2,12 persen dibandingkan angka awal, yaitu 2,19 persen. Dari sisi keseimbangan primer, outlook anggaran untuk keseluruhan 2018 adalah negatif Rp 64,8 triliun atau lebih kecil dari rencana awal sebesar Rp 87,3 triliun.