TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan rupiah berpotesi menguat pekan depan atau pada 9 hingga 13 Juli 2018. Nafan memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.215 - Rp 14.450.
"Prediksi rupiah pekan depan, technically bahwasanya pergerakan dolar AS terhadap rupiah pada weekly chart terdapat indikator RSI yang sudah menunjukkan jenuh beli atau overbought," kata Nafan saat dihubungi, Ahad, 8 Juli 2018.
Baca juga: Perang Dagang AS Cina Segera Dimulai, Rupiah Makin Remuk
Jenuh beli tersebut, kata Nafan, diharapkan dapat memberikan peluang bagi apresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Nafan menilai sentimen positif yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah data-data makroekonomi domestik, seperti indeks keyakinan konsumen, maupun penjualan ritel yang diproyeksikan lebih baik.
Hasil rilis yang di atas ekspektasi tersebut, kata Nafan, akan memberikan katalis positif bagi rupiah.
"Adapun sentimen eksternal sebelumnya yang memberikan katalis positif bagi rupiah adalah hasil dari data-data US Nonfarm Payroll yang di bawah ekspektasi pelaku pasar," ujar Nafan.
Selain itu, menurut Nafan sentimen eksternal ke depan perlu diperhatikan terkait dengan sentimen perang dagang yang semakin meluas, kemudian data-data inflasi di Tiongkok, Jerman, Prancis dan AS, data GDP Inggris, serta data US crude oil inventories yang akan mewarnai pergerakan dolar AS.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 14.409 pada penutupan Jumat, 6 Juli 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 22 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.387 pada penutupan Kamis, 5 Juli 2018.
Sedangkan pada 6 Juli 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.481 dan kurs beli Rp 14.337.