TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, 28 Juni 2018, turun 28 poin menjadi 14.207 dari 14.179 per dolar Amerika Serikat. "Belum beranjaknya sentimen yang sama dari sebelumnya terkait dengan potensi terjadinya perang dagang antara AS dan Cina membuat laju pergerakan rupiah terimbas pergerakan valas global," kata analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Diharapkan jadi Sentimen Positif Rupiah
Para pelaku pasar, ucap dia, beralih ke mata uang safe haven selain dolar AS, seperti yen Jepang, seiring kekhawatiran perang dagang AS-Cina akan mengganggu volatilitas dolar AS dan yuan/renminbi Cina.
"Sementara itu, dari dalam negeri, selain minimnya sentimen, adanya pernyataan kontradiksi dari Menko Perekonomian Darmin Nasution yang pesimistis pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2018 tidak akan mencapai 5,2 persen menahan laju rupiah," ujar Reza.
Baca: Indef: Pelemahan Rupiah Akan Menekan Pertumbuhan Ekspor
Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua dapat mencapai 5,2 persen atau lebih baik daripada kuartal pertama sebesar 5,06 persen.
Rupiah diperkirakan masih cenderung bergerak melemah seiring masih minimnya sentimen dari dalam negeri yang dapat mengangkat rupiah. Meningkatnya minat pelaku pasar terhadap mata uang safe haven selain dolar AS untuk mengantisipasi sentimen perang dagang AS-Cina dikhawatirkan ikut membuat rupiah kembali melemah.
Hari ini, rupiah diestimasi bergerak dengan kisaran support 14.180 per dolar AS dan resisten 14.166 per dolar AS.
ANTARA