TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemilihan kepala daerah atau Pilkada serentak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal II. Menurut Darmin hal tersebut disebabkan karena orang melakukan kampanye.
"Ya iya dong. Orang kan kampanye selama berapa lama ini," kata Darmin Nasution saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa, 26 Juni 2018.
BACA: Darmin Nasution Komentari Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Namun, Darmin mengatakan belum dapat memberitahu besaran sumbangan pasti pilkada serentak terhadap pertumbuhan ekonomi semester II. Menurut Darmin jumlah daerah yang mengikuti Pilkada akan sangat mempengaruhi pertumbuhan.
Pilkada serentak di seluruh Indonesia akan dilaksanakan pada Rabu, 27 Juni mendatang. Pilkada serentak 2018 dilakukan di 171 daerah dari 34 provinsi di Indonesia. Rinciannya, 17 di antaranya memilih gubernur, 39 kota memilih wali kota, dan 115 kabupaten memilih bupati.
BACA: Libur Pilkada Serentak, 171 Cabang Bank Mandiri Tetap Buka
Darmin mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal I yang sebesar 5,06 disebabkan oleh perubahan masa panen pangan. Menurut Darmin tahun lalu panen terjadi pada Maret, sedangkan tahun ini terjadi pada April hingga Mei.
"Jadi makanya, saya kan sebenarnya sudah ngomong dari awal bahwa pertumbuhan ekonomi kuatal I tidak terlalu tinggi, tapi kemudian orang bilang, wah pesimis. Karena waktu itu alasannya panen bergerak," ujar Darmin.
Darmin mengatakan panen dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 0,1 hingga 0,2 persen. Darmin masih enggan memberikan proyeksi soal pertumbuhan ekonomi kuartal II.
BACA: Pilkada Serentak 2018, OJK Lakukan Kegiatan Operasional Terbatas
Pada 25 Juni, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi mendekati 5,2 persen pada kuartal II 2018. Prediksi tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal I.
Sri Mulyani mengatakan prediksi pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh empat sektor yang meningkat dari kuartal I. Empat sektor tersebut, yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan belanja pemerintah.
"Kami harap untuk konsumsi di atas 5 persen dibanding kuartal pertama, yang hanya 4,95 persen," kata Sri Mulyani saat memaparkan APBN Kita di kantor Kementerian Keuangan. "Kami harap pertumbuhan ekonomi mendekati 5,2 persen."
Sri Mulyani mengatakan kalau dilihat dari aggregate demand atau permintaan keseluruhan, konsumsi rumah tangga momentumnya akan lebih tinggi. Hal tersebut, karena ada puasa, Lebaran dan hari libur panjang pada kuartal II.
BACA: Alasan BEI Tetap Buka Besok Meski Libur Pilkada Serentak
Di sektor investasi, kata Sri Mulyani, dari sisi momentum transaksi berjalan, yaitu impor bahan baku dan barang modal juga akan meningkat. Sri Mulyani berharap peningkatan kuartal II menjadi di atas 8 persen, lebih tinggi dari kuartal I yang sebesar 7,89 persen.
Sedangkan di sektor pertumbuhan ekspor pada Mei di atas 12. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama yang sebesar 9 persen. "Jadi empat komponen lebih tinggi dibandingkan kuartal I. Kami harap mendekati 5,2 persen," ujar Sri Mulyani.
Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan dari sisi penawaran, pajak tumbuh positif. Direktur Jenderal Pajak Robert Pakpahan menjabarkan pertumbuhan sektoral penerimaan pajak sampai 31 Mei 2018. Menurut Robert di industri pengolahan pertumbuhan penerimaannya mencapai 15,4 persen, perdagangan 31,43 persen, pertambangan 85,15 persen, konstruksi dan real estate tumbuh 16,69 persen.
"Transportasi dan gudang 12,84 persen dan pertanian 32,27 persen," kata Robert, Senin, 25 Juni 2018.
Sri Mulyani mengatakan sektor-sektor itu menggambarkan demand supply yang cukup baik. Sri Mulyani berharap hal itu akan terpresentasi pada statistik pertumbuhan di kuartal kedua.
Baca berita tentang Pilkada Serentak 2018 lainnya di Tempo.co.