TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyatakan sejumlah kebijakan Uni Eropa dan India mulai menekan ekspor sawit dan produk turunannya dari Indonesia. Tekanan terbesar berasal dari India setelah negara itu tarif impor yang tinggi terhadap sawit Indonesia.
"Ini karena bea masuk yang tinggi di India," kata kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin, 25 Mei 2018. "Tak hanya India, ekspor ke Spanyol, Belanda, dan Italia pun juga mulai berpengaruh.
Simak: Uni Eropa Tolak Sawit Indonesia
Setelah melalui sekian perundingan, negara-negara anggota Uni Eropa pada 14 Juni kemarin akhirnya menyetujui program pengurangan bertahap untuk sejumlah komponen pada biofuel, salah satunya sawit yang dianggap tidak linier dengan upaya pengendalian iklim. Program itu tertuang dalam Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa atau EU's Renewable Energy Directive (RED II).
Tak hanya itu, ekspor sawit ke India juga terganggu karena adanya tarif impor yang tinggi sebesar 7,5 sampai 15 persen. Sementara, tarif untuk produk turunan sebesar 15 sampai 25 persen. Tak sampai di situ, India masih berencana memperbesar tarif produk sawit dan turunannya, masing-masing hingga 45 persen dan 54 persen.
Baca: Bom Waktu Konflik Sawit
Dari data BPS, ekspor minyak nabati dari sawit dan produk turunannya dari Indonesia ke India terus turun sejak pertengahan tahun lalu. Jika pada Mei 2017 berada di angka US$ 482 juta, maka pada April dan Mei 2018 terus turun, masing-masing US$ 221 juta dan US$ 142 juta.
Sementara jika dilihat dari perbandingan akumulasi ekspor sawit pada Januari hingga Mei ke India, nilainya turun lebih dalam lagi hingga 41,6 persen. Jika pada Januari-Mei 2017 mencapai US$ 2,13 miliar, maka pada periode yang sama tahun ini hanya sanggup memperoleh nilai penjualan US$ 1,24 miliar.
Simak: Akrobat Lahan Raja Sawit
Penurunan ekspor ke India ini, juga terjadi saat sawit Indonesia masuk ke Uni Eropa yang otomatis mengikuti keputusan dalam RED II. Selama Januari-Mei 2018, ekspor sawit Indonesia ke beberapa negara Eropa turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor ke Belanda turun 21,5 persen, Spanyol turun 31,44 persen, dan Italia turun 24,79 persen.
Akibat segelintir penurunan ini, kinerja ekspor sawit dan produk turunan asal Indonesia terus memburuk. Secara akumulasi, nilai ekspor sawit sepanjang Januari hingga Mei 2018 juga turun hingga 15,66 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Jika pada Januari-Mei 2017 mencapai US$ 9,92 miliar, maka tahun ini hanya US$ 8,37 miliar.