TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada Mei 2018 kembali mengalamai defisit yaitu sebesar US$ 1,52 miliar. Naiknya harga minyak dunia membuat impor minyak dan gas semakin meningkat sehingga membuat neraca perdagangan kembali tertekan.
"Impor melonjak tinggi karena kenaikan harga minyak dan gas, padahal ekspor sih sudah lumayan baik," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin, 25 Mei 2018. "Harga minyak dunia naik membuat impor melonjak tajam."
Baca: Harga Minyak Dunia Menguat Setelah Stok AS Turun
BPS mencatat nilai impor Indonesia selama Mei 2018 mencapai US$ 17,64 miliar atau meningkat 9,17 persen dibandingkan dengan April 2018. Komposisi kenaikan terbesar memang disumbang oleh impor migas yang naik hingga 20,95 persen atau jauh melampaui kenaikan impor nonmigas sebesar 7,19 persen. Bulan Mei 2018 ini, nilai impor nonmigas berada di angka US$ 14,82 miliar.
Impor sektor migas terbesar pada Mei 2018 ini terjadi pada produk hasil turunan minyak sebesar US$ 1,6 miliar. Sementara impor untuk minyak mentah dan gas masing-masing adalah US$ 0,84 miliar dan US$ 0,24 miliar.
Simak: Harga Minyak Dunia Naik, Indef Minta Pemerintah Responsif
Sementara, nilai ekspor tumbuh lebih rendah yaitu US$ 16,12 miliar atau meningkat 10,90 persen dibanding April 2018. Performas ekspor masih cukup lebih baik karena sektor nonmigas menyumbang pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 28,8 persen. Sementara ekspor migas tumbuh 9,25 persen. "Jadi kami melihat ekspor bulan Mei ini cukup mengembirakan," ujarnya.
Meski demikian, neraca perdagangan Mei 2018 sudah lebih baik dibandingkan pencapaian pada April 2018 mengalami defisit US$ 1,63 miliar. Padahal, neraca perdagangan Maret 2018 juga tercatat surplus US$ 1,09 miliar dan merupakan posisi paling tinggi sejak awal tahun ini sebelum kembali anjlok pada bulan berikutnya.
Pada April 2018, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan karena situasi perdagangan dunia saat itu masih tidak menentu. Persoalan terbesar ada pada ekspor karena permintaan untuk produk seperti besi baja mengalami penurunan.