TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah karena gejolak perekonomian dunia. Hal tersebut menanggapi melemahnya IHSG dua hari terakhir setelah libur Lebaran.
"Prinsipnya gini pada dasarnya kan kami tutup dari tanggal 8 sampai 20 ya, dunia bergejolak," kata Tito Sulistio saat ditemui di silaturahmi Idul Fitri Otoritas Jasa Keuangan dan BI di komplek BI, Jakarta, Jumat, 22 Juni 2018.
Simak: IHSG Anjlok, BEI Jelaskan Dampak Ketidakpastian Global
Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina juga menjadi salah satu pengaruh terhadap IHSG. Seperti AS berencana mengenakan tarif 10 persen terhadap sejumlah barang-barang impor Cina senilai US$ 200 miliar, sebagai lanjutan dari pengenaan barang-barang impor Cina senilai US$ 50 miliar.
Menurut Tito suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed yang naik juga menjadi pengaruh. Pekan lalu, The Fed telah menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 25 persen.
Simak: IHSG Anjlok Hari Ini, Berikut Sejumlah Penyebabnya
"Tingkat bunga juga naik dan dari tanggal 8 sampai 20 Juni, dunia turun dari mulai 2 sampai 7 persen. Kita turun pas 1,8 persen kemarin. Jadi sebenarnya ada rekonsiliasi (perbaikan) di market sedikit," ujar Tito.
Kemarin, 21 Juni, IHSG melemah atau berada di zona merah pada penutupan perdagangan. IHSG ditutup berada di angka 5.822,33. Angkat tersebut menunjukkan pelemahan 1,05 persen atau melemah 61,70 dari pembukaan perdagangan.
Simak: Rupiah Melemah, Menko Darmin Tak Khawatir
Pada pembukaan perdagangan, IHSG berada pada 5.890,06. Hal tersebut menunjukkan penguatan jika dibandingkan pada penutupan perdagangan sebelumnya. Pada 20 Juni 2018, IHSG ditutup pada 5.884,039.
Sepanjang perdagangan BEI mencatat angka IHSG tertinggi berada pada 5.922,70. Sedangkan nilai terendah berada pada 5.815,45.
Terdapat 141 emiten mengalami penguatan, 255 emiten melemah, dan 107 emiten stabil. Ada 6,8 miliar volume saham yang diperjualbelikan dengan frekuensi 428 ribu kali. Nilai harian transaksi saham, yaitu Rp 8,5 triliun. Tercatat Asing melakukan aksi jual saham senilai Rp 833,73 miliar.