TEMPO.CO, Jakarta - Menteri koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat alias The Fed perlu disikapi salah satunya dengan mengefisiensikan perbankan.
"Pemerintah perlu bekerja sama dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BI (Bank Indonesia) agar boleh saja tingkat bunga dari kebijakan moneter itu naik, tetapi bisa juga ada kebijakan untuk mendorong efisiensi di perbankan," ujar Darmin di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis, 21 Juni 2018.
BACA:Jerome Powell Dilantik Sebagai Ketua The Fed Amerika
Intinya, ia mendorong supaya biaya yang tidak efisien dari perbankan bisa diefisienkan. Pekan lalu, The Fed telah menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 25 persen.
Kebijakan dari bank sentral Paman Sam itu, ujar bekas Gubernur Bank Indonesia, kemungkinan akan membuat tingkat bunga Indonesia naik untuk mencegah terganggunya kurs rupiah. Meski, hingga kini BI masih belum mengumumkan kebijakannya atas kondisi tersebut.
BACA:BI Siapkan Strategi Hadapi Kenaikan Suku Bunga di AS
Darmin lalu menceritakan kebijakannya semasa menjabat Gubernur BI. Kala itu, tutur dia, BI menciptakan suku bunga dasar kredit atau SBDK. SBDK itu wajib diumumkan oleh setiap bank dalam intetval beberapa bulan. Dengan demikian semua pihak mengetahui nilai SBDK tiap bank.
"Kita bisa tahu, SBDK-nya berapa, sehingga bunga kreditnya berapa, dan yang tidak efisien di dia itu apa," ujar Darmin. Dari contoh itu, ia yakin ada beberapa hal yang bisa dilakukan, sehingga kenaikan suku bunga kebijakan moneter tidak otomatis mendorong naiknya tingkat bunga kredit.
BACA:Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Naik Lagi Jadi 4,75 Persen
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dirinya telah menyiapkan lima 'jamu' khusus untuk menjaga kestabilan moneter Indonesia saat ini, khususnya nilai tukar rupiah. Menurut dia, dari lima jamu tersebut ada empat jamu pahit dan satu jamu manis.
"Jadi saya punya 1 jamu pahit yaitu kebijakan moneter untuk jaga stabilitas," kata Perry ditemui di kediamanya di Jakarta, Jumat, 15 Juni 2018. "Tapi saya punya 4 jamu manis, yaitu pelonggaran makroprudensial, pendalaman pasar keuangan untuk pembiayaan infrastruktur, termasuk sistem pembayaran digital ekonomi finance, juga (mendorong) ekonomi keuangan syariah."
Kebijakan itu akan diumumkan setelah Rapat Dewan Gubernur BI 27-28 Juni 2018.
Baca berita tentang The Fed lainnya di Tempo.co.
DIAZ PRASONGKO