TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengakui pencabutan larangan terbang maskapai penerbangan Indonesia oleh Uni Eropa belum akan langsung terasa dampaknya terhadap bisnis penerbangan. Sebab, pencabutan larangan ini masih berkutat pada persoalan keselamatan penerbangan.
"Ini berangsur-angsur, tidak semena-mena airline langsung memutuskan terbang ke sana (Eropa)," kata Agus saat ditemui di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Minggu, 17 Juni 2018.
BACA:Larangan Terbang ke Uni Eropa Dicabut, Kadin: Pariwisata Tumbuh
Menurut dia, maskapai penerbangan tentu memiliki kalkulasi sebelum melakukan ekspansi bisnis seperti pembukaan rute penerbangan baru. Jika tingkat keterisian penumpang tidak maksimal, tentu rute tersebut sama sekali tidak menguntungkan maskapai.
Sebelumnya pada Kamis, 14 Juni 2018, Uni Eropa resmi mencabut penuh larangan terbang bagi seluruh maskapai Indonesia ke langit Eropa. Keputusan ini diambil karena kualitas keamanan penerbangan Indonesia dinilai sudah mencukupi standar mereka.
Baca Juga:
BACA: Uni Eropa Puas pada Standar Keselamatan Penerbangan Indonesia
Salah satu yang menjadi pertimbangan Uni Eropa adalah capaian di dua organisasi, Otoritas Penerbangan Amerika Serikat (FAA) dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Di FAA, Indonesia telah mendapat kategori 1 atau memenuhi standar Internasional. Sementara di ICAO, Indonesia naik dari semula 155 menjadi 58, dengan total 192 negara.
Meski begitu, pencabutan larangan ini ternyata membuat maskapai masih pikir-pikir untuk melanjutkan ekspansi bisnis. Garuda Indonesia misalkan, masih mengkaji penutupan rute penerbangan Jakarta-London karena belum memberikan profit yang diharapkan.
Meski begitu, Agus meyakini penuh bahwa pencabutan ini akan memberikan multiplier effect bagi Indonesia. Kementerian Perhubungan memang mengupayakan agar izin dibuka terlebih dahulu ke Eropa agar maskapai bisa fokus ke sarana dan prasarana untuk pengembangan rute.
BACA: Maskapai Penerbangan Indonesia Bisa Kembali Dilarang Terbang ke Eropa Jika ...
Efek paling dekat bukanlah pada aspek bisnis, tapi pada tenaga penerbang di Indonesia, mulai dari tenaga maintenance atau perawatan hingga pilot pesawat. Dengan pencabutan ini, Agus berharap tenaga kerja ini bisa ikut berkarir di tempat lain seperti Qatar hingga Cina. "Karena kepercayaan dari mereka dan Indonesia diakui," ujarnya.
Setelah itu, barulah efek jangka panjangnya pada aspek pariwisata di Indonesia yang semakin terbuka lebar. Kepercayaan masyarakat Eropa pada penerbangan Indonesia diyakini akan menggenjot daya tarik ke Indonesia. Maka baru di sinilah, efek pencabutan itu terhadap bisnis penerbangan akan terasa langsung.
Baca berita tentang maskapai penerbangan lainnya di Tempo.co.