Jakarta- Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Pahala Nugraha Mansury menjelaskan kenaikan harga bahan bakar avtur mempengaruhi pendapatan dan operasional Garuda. Dia mengatakan belanja avtur untuk pesawat Garuda mencapai US$ 1 miliar.
"Kami berharap adanya penyesuaian tarif atas dan bawah," ujar Pahala di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Senin, 11 Juni 2018.
Baca juga: Garuda Beri Diskon Tiket Lebih dari 50 Persen 8-24 Juni
Pahala menginginkan tarif batas bawah 40 persen dari tarif batas atas seperti Peraturan Menteri Perhubungan (Permen) Nomor 126 Tahun 2015 tentang tarif batas atas dan bawah bagi maskapai penerbangan. Adapun saat ini berlaku tarif batas bawah 30 persen dari tarif batas atas seperti diatur Peraturan Menteri Perhubungan 14 Tahun 2016.
Menurut Pahala, dengan diberlakukannya tarif batas bawah sebanyak 30 persen, maka daya beli masyarakat akan lebih tinggi. Pahala menuturkan libur Idul Fitri kali ini tidak berpengaruh banyak dengan pendapatan Garuda.
Simak pula: Garuda: Usai Lebaran, 7 Pilot TNI AU Akan Dilatih
Untuk menstabilkan kondisi perusahaan, Pahala sudah melakukan lindung nilai sebanyak 35 persen dari konsumsi bahan bakar. "Kontribusi operasional sebanyak 33-35 persen," tutur dia.
Menurut Pahala, Garuda saat ini sudah mematuhi tarif batas atas. Sehingga penentuan tarif batas bawah dijalankan untuk menjaga jika maskapai mengalami kenaikan pengeluaran. "Maka hal-hal yang paling minimum terkait pemeliharaan dan safety bisa dijaga dengan baik," kata dia.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akan menaikkan tarif batas atas penerbangan apabila harga bahan bakar avtur serta nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami kenaikan 10 persen.
Terkait tarif batas bawah, Direktur Angkutan Udara Maria Kristi Endah Murni mengatakan pihaknya belum akan menaikkan tarif batas bawah 40 persen dari tarif batas atas seperti permintaan Garuda. Meskipun saat ini kenaikan harga avtur sudah mencapai 40 persen.