TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah rute mudik di jalan nasional atau non tol nyatanya masih rawan untuk dilalui pemudik. Selain soal banyaknya tikungan dan tanjakan, jalur nasional yang menjadi lintasan alternatif mudik Lebaran 2018 itu berisiko tinggi lantaran minimnya penerangan dan rambu.
Tempo sempat menyusuri jalur selatan Jawa Tengah seperti jalan lintas Kabupaten Purworejo, Cilacap, dan Banjarnegara, pada 4-5 Juni lalu. Melintas pada malam hari, tim menjumpai banyaknya tikungan tajam yang tak dilengkapi penerangan, baik lampu maupun sekedar pemantul cahaya atau tolo-tolo.
Baca Juga:
Baca juga: Ini 6 Aplikasi Teman Perjalanan Mudik Lebaran
Jalan lintas Kecamatan Majenang, Cilacap, misalnya, banyak dilengkapi tiang lampu, namun tak menyala selagi banyaknya kendaraan yang melintas. Menuju Banjarnegara, semakin banyak pula marka jalan yang pudar dan tak terlihat lampu kendaraan. Dari pengamatan Tempo di masa pra-mudik tersebut, kendaraan berat seperti bus antar kota masih mampu memacu kecepatan hingga 60 kilometer per jam.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, mengatakan pihaknya berbagi tugas melengkapi rambu jalan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kelengkapan rambu, menurut dia, sering terhambat faktor non teknis.
Baca juga: Musim Mudik Belum Mulai, Konsumsi Premium dan Dexlite Sudah Naik
"Di jalan nasional kadang kita baru memasang lampu penerangan jalan umum (PJU), langsung hilang, dicuri," katanya pada Tempo, Rabu, 6 Juni 2018.
Budi pun merencanakan pengamanan fasilitas jalan dari tahap pembuatannya. "Saya akan ubah, vendor (penyuplai fasilitas) harus bisa masuk ke camat atau tokoh setempat untuk bantu amankan. Harus ada empati pada barang milik negara."
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan Jalur Pantai Utara (Pantura) sudah lebih dulu diprioritaskan dalam hal perbaikan fasilitas. Selain penerangan, kata Basuki, marka jalan pun akan didesain khusus untuk membedakan jalur kecil dan jalur utama, seperti jalan provinsi.
"Pantura sudah berubah markanya, memang harus dicerewetin agar begitu. Nah, mungkin akan sampai ke (lintas) selatan juga," ujarnya kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Rabu, 6 Juni 2018.
Menurut Basuki, balai cabang Kementerian PU dan Kemenhub sudah berkoordinasi mengenai pemeliharaan fasilitas jalan, tak terkecuali untuk persiapan mudik 2018. Pemerintah pun sudah merencanakan preservasi jalan sepanjang total 517 ribu meter untuk tahun depan.
Proyek serupa sempat dikerjakan pada Maret lalu dengan skema pembiayaan Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sejumlah proyek yang digarap, seperti jalan nasional di Provinsi Riau sepanjang 43 km yang menjadi bagian dari Jalan Lintas Timur Sumatera.
"Untuk 2019, nanti pemeliharaan jalan itu termasuk untuk jembatan juga," ujar Basuki.
Adapun Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PU, Endra Saleh Atmawidjaja, mengimbau pemudik tak hanya memilih tol untuk perjalanan. "Jalan tol bukan satu-satunya jalur untuk mudik. Pemudik dari Utara yang menuju Selatan bisa menggunakan berbagai jalur arteri," katanya.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | WAWAN PRIYANTO | DIAS PRASONGKO