TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat pekan depan atau pada 4 hingga 8 Juni 2018.
"Rupiah di pekan depan diprediksi bergerak pada rentang Rp 13.800-13.900," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 3 Juni 2018.
Baca juga: Efek Perry Warjiyo, Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Level Rp 14.125
Dalam situs resmi Bank Indonesia, tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di angka Rp 13.951 pada Kamis, 31 Mei 2018.
Penguatan rupiah tersebut, menurut Bhima, merupakan hasil dari kenaikan bunga acuan Bank Indonesia 25 bps pada pekan lalu. Kenaikan juga didorong oleh meredanya ketegangan politik di Italia.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengamini pendapat Bhima. Menurut Nafan, keputusan BI menaikan suku bunga acuan dua kali pada Mei, sangat diapresiasi oleh pelaku pasar.
"Kalau ditinjau dari data-data makro ekonomi domestik (rilis inflasi, penjualan ritel, data cadangan devisa, rapat RDG), seharusnya ini akan menjadi tanggapan positif bagi rupiah tentunya," kata Nafan saat dihubungi.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 30 Mei 2018 memutuskan memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility (DF) menjadi 4,00 persen, dan suku bunga Lending Facility (LF) menjadi 5,50 persen. Hal tersebut berlaku efektif pada 31 Mei 2018.
Menurut Nafan, rupiah akan berada pada rentang level 13.835 hingga 13.986.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran 13.815 - 13.985 di pekan depan. "Sentimen domestik masih terpengaruh dari kenaikan BI 7-DRRR lanjutan, sementara katalis eksternal dari us jobs data yang rilis jumat pekan lalu yang hasilnya cukup positif bagi USD," kata Reny.