TEMPO.CO, Jakarta - Rencana mogok kerja ribuan pilot dan kru Garuda Indonesia saat musim puncak mudik Lebaran menuai banyak respons dari masyarakat. Kebanyakan dari mereka menyayangkan dan meminta maskapai pelat merah itu tetap beroperasi pada musim mudik Lebaran tahun ini.
Salah satu komentar meluncur dari salah seorang pelanggan Garuda Indonesia, Muhammad Kalifardi. Pria 25 tahun ini mengaku telah mengantongi tiket perjalanan untuk mudik dan kembali menggunakan pesawat dari Badan Usaha Milik Negara itu. Dia berharap rencana mogok itu urung dilaksanakan.
Baca: Ribuan Pilot Ancam Mogok Kerja, Garuda Indonesia: Salah Sasaran
"Sayang banget kalau sampai jadi mogok massal. Karena akan merugikan banyak pihak, dari perusahaan sampai masyarakat umum," ujar Kalifardi kepada Tempo, Jumat, 1 Juni 2018.
Kalaupun sampai terjadi mogok kerja itu, Kalifardi meminta Garuda Indonesia memberikan ganti rugi yang sepadan. "Kalau enggak lancar, Garuda seharusnya memberi recovery ke konsumen atau refund kalau semua jadwalnya dibatalkan," katanya. "Garuda pasti akan sangat rugi."
Meski begitu, sampai sekarang Kalifardi belum berencana membatalkan tiket perjalanan Semarang-Surabaya dan Jember-Jakarta yang telah dipesannya itu. Dia masih optimistis perjalanan pulang kampungnya itu akan baik-baik saja.
Calon penumpang Garuda lainnya, Imanta Azaki, khawatir rencana mogok itu benar-benar terjadi. Sebab, dia telah memesan tiket perjalanan Jakarta-Padang jauh-jauh hari dan dengan harga yang cukup mahal.
Kalau sampai mogok kerja itu terjadi, dia akan meminta uangnya kembali. "Akan minta refund dan mencoba mencari tiket pesawat lain, saya rasa itu yang paling feasible dilakukan," ujar Imanta.
Hingga kini, Imanta mengatakan belum akan membatalkan penerbangannya itu lantaran masih percaya kepada Garuda. Sembari memantau situasi yang terjadi ke depan, Imanta berharap pihak-pihak yang berkonflik bisa menemukan titik temu. "Kasihan orang yang sudah beli tiket dari jauh hari dan mahal, lalu maskapainya mogok. Belum lagi kalau kehabisan tiket maskapai lain."
Hal serupa disampaikan oleh Lukas Manalu. Netizen dengan akun Twitter bernama @lukasomanalu tersebut menilai mogok kerja sebaiknya tidak dipilih oleh para karyawan Garuda Indonesia untuk menunjukkan kekhawatiran akan nasib perusahaan. "Mogok bukan cara yang dipilih orang bijak. Apalagi sampai mengorbankan penumpang," tuturnya, Kamis malam, 31 Mei 2018.
Lukas juga berharap para pilot dan kru Garuda Indonesia bisa bersifat lebih legowo. "Bisa melepaskan ego masing-masing, menemukan penyelesaian win-win solution. Tunjukkan bahwa Garuda dan para pilotnya terdiri dari orang-orang hebat dan bijak," katanya.
Sementara itu, Eko Budianto meminta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi turun tangan memberi sanksi bagi Garuda Indonesia jika ribuan pilot dan kru maskapai pelat merah itu jadi mogok kerja. "Jika para pilot Garuda tersebut benar-benar mogok selama masa angkutan Lebaran, perlu dipikirkan punishment yang sesuai untuk mereka atas tindakan sepihak yang sangat tidak bijak tersebut," ujar netizen dalam cuitannya di akun Twitter @eko1210.
Asosiasi Pilot Garuda (APG) memastikan 1.300 pilot dan 5.000 kru Garuda Indonesia akan melakukan aksi mogok kerja dalam waktu dekat. "Saat arus mudik Lebaran pun kami lakukan jika pemerintah tidak segera turun tangan mengatasi masalah ini," ujar Presiden APG Kapten Bintang Handono, Kamis, 31 Mei 2018.
Bintang mengatakan semua kru dan karyawan Garuda yang tergabung dalam Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), yang berjumlah 10 ribu orang, melakukan mogok massal pada waktu yang telah ditentukan. "Kami pastikan seluruhnya mogok. Untuk waktunya, nanti kami beri tahukan. Saat ini, kami masih menunggu niat baik pemerintah untuk menyelamatkan Garuda," katanya.
Menurut Bintang, semua kru dan karyawan Garuda Indonesia sepakat aksi mogok adalah jalan satu-satunya untuk melakukan misi penyelamatan perusahaan yang kian hari makin terpuruk. "Kami tidak mau berakhir seperti Merpati (maskapai BUMN yang tutup karena bangkrut)," ucapnya.
JONIANSYAH