TEMPO.CO, Jakarta - Intensitas pengunaan truk logistik meningkat tajam menjelang masa pembatasan angkutan barang saat mudik Lebaran tahun ini. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, mengatakan larangan angkutan berat membuat para pelaku industri berlomba-lomba mengamankan stok produksi sebelum libur panjang.
"Karena dengan larangan itu, produksi bisa berhenti sampai 2-3 pekan," ujar Gemilang pada Tempo, Rabu 30 Mei 2018.
Merujuk pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 tahun 2018 yang terkait dengan rekayasa lalu lintas saat mudik, operasional angkutan berat akan dibatasi untuk mengurangi beban jalan. Truk bersumbu tiga atau lebih, truk gandeng, serta mobil barang yang melebihi batas angkut 14 ribu kilogram dilarang melintas di sejumlah tol maupun jalan nasional. Aturan itu berlaku pada 12-14 Juni, serta pada 22-24 Juni 2018.
Masa jeda aturan tersebut, kata Gemilang, bertepatan dengan libur Lebaran, yakni pada 15-17 Juni mendatang. "Aktivitas (truk) pasti tetap minim. Karena saat jeda itu semua supir libur, mau beroperasi pun tak bisa," ujarnya.
Tingkat pemesanan truk logistik untuk kebutuhan industri, kata dia, sudah meningkat hingga 10-20 persen selama sepekan terakhir. Pergerakan lebih dari 20 ribu truk per hari di lokasi bongkar muat, khususnya pelabuhan, pun diperkirakan bertambah hingga 20 persen.
"Kalau banyak yang menggeser jadwal pengiriman barang menjadi sebelum libur, volume muatan bahkan bisa sampai 70 persen. Padat sekali," kata dia.
Simak: Amankan Arus Mudik Lebaran, Waktu Truk Masuk Tol Bakal Dibatasi
Gemilang menyebut peningkatan volume lalu lintas truk akan mencapai puncaknya sejak 5 Juni mendatang, dan berlangsung hingga H-1 pemberlakuan aturan Kemenhub, yakni pada 11 Juni 2018.
Dia tak menampik jika peningkatan volume pemesanan akan berdampak pada waktu distribusi barang. Di waktu normal, pengiriman barang melalui truk membutuhkan sedikitnya 8 jam untuk jarak 25 kilometer. "Itu durasi pulang pergi dari pelabuhan ke pabrik. Sekarang butuh waktu hingga 20 jam," tutur Gemilang.
Wakil Ketua Umum bidang Distribusi dan Logistik Aptrindo, Kyatmaja Lookman, mengakui bahwa lonjakan distribusi logistik itu akan memicu macet di sejumlah ruas. "Contohnya akses ke (Pelabuhan) Tanjung Priok. Sekarang truk bisa mengantri hingga 12 jam untuk keluar masuk," ujarnya pada Tempo.
Menurut Lookman, tingginya volume pemesanan truk banyak disumbang oleh industri di sektor konsumsi, seperti makanan dan minuman. "Pemesanannya meningkat sejak dua bulan menjelang hari raya."
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Adhi S. Lukman, mengatakan sebagian besar pengusaha akan mengamankan stok untuk jangka waktu satu bulan. Kendati demikian, kata dia, masih ada komoditi yang membutuhkan layanan angkut di masa mudik Lebaran.
"Seperti air minum galon yang stoknya terbatas di distributor dan pengecer, distribusinya harus tetap berjalan. Kami akan minta izin khusus," ucap Adhi.
Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat Kemenhub, Pandu Yunianto, menilai lonjakan lalu lintas truk tak akan menyebabkan kemacetan besar. Dia meyakini pengusaha truk telah menyusun strategi sirkulasi barang. "Surat pemberitahuan (larangan operasional truk) kan sudah lama diberi. Ini berlangsung setiap tahun, jadi mereka ada persiapan," katanya pada Tempo.
Adapun Menhub Budi Karya Sumadi memastikan jadwal pembatasan operasional truk disepakati bersama para pengusaha terkait. "Pasti kondusif. Kan mereka (pengusaha truk) sudah tahu kapan kapal bersandar di pelabuhan, jadi bisa mengatur waktu kapan harus pergi dan kembali," ujarnya.