TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) meningkatkan pengawasan dan mitigasi terhadap potensi keluarnya modal asing yang bisa menggerus nilai tukar rupiah terutama menjelang rapat Komite Pasar Terbuka The Federal Reserve AS (FOMC) pada 14 Juni 2018.
Karena itu, Bank Sentral akan menentukan kebijakan untuk menstabilkan pasar keuangan, termasuk mengendalikan nilai tukar rupiah dan juga langkah antisipasi tekanan sepanjang 2018, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) ekstra di 30 Mei 2018.
Baca juga: Bank Indonesia Berencana Turunkan Uang Muka KPR
"Karena kami jika ingin melakukan respon cepat, Rapat Dewan Gubernur bisa ditambah. Disamping juga sekaligus langkah 'pre-emptive' (antisipasi) untuk FOMC tanggal 14 Juni yang akan datang," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 28 Mei 2018.
RDG tambahan tersebut digelar sebelum pertemuan FOMC The Federal Reserve, dan hanya berselang dua pekan setelah BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada 17 Mei 2018 lalu.
Pelaku pasar keuangan global, ujar Perry, memperdiksi The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 3-4 kali tahun ini, termasuk yang kedua kali pada Juni 2018 mendatang.
Maka itu, Perry melihat tekanan keluarnya arus modal asing yang bisa menurunkan nilai tukar, masih akan membayangi pasar keuangan dalam negeri. Tekanan modal keluar juga datang dari membaiknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dan ekspansifnya kebijakan fiskal AS yang menaikkan imbal hasil obligasi Treasury Bill bertenor 10 tahun.
Perry, yang baru dilantik pada 24 Mei 2018, berkali-kali melontarkan janjinya untuk menerapkan kebijakan moneter yang antisipatif (pre-emptive) dan mendahului tekanan yang akan datang (ahead of the curve).
"Fokus kami jangka pendek melalui kebijakan moneter adalah untuk stabilias nilai tukar," ujarnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga dalam waktu dekat akan menelurkan kebijakan makroprudensial melalui relaksasi Kredit Pemilikan Rumah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, BI melihat pertumbuhan ekonomi domestik bisa mencapai 5,2 persen (YoY).
ANTARA