TEMPO.CO, JAKARTA - Kepala Divisi Syariah Bursa Efek Indonesia Irwan Abdalloh menilai kehadiran Jakarta Islamic Index 70 (JII70) akan berdampak terhadap kinerja pasar saham syariah Indonesia. Menurut dia, potensi pasar modal syariah Indonesia masih sangat besar. "Produk investasi berbasis syariah-nya yang masih terbatas," ucap Irwan melalui pesan singkat ke Tempo, Ahad, 27 Mei 2018.
Dengan adanya JII70 yang merupakan salah satu dari tiga indeks baru, lanjut dia, diharapkan para aset manajemen akan menciptakan produk-produk investasi baru. Irwan mencatat usai diluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia pada 2011, jumlah reksadana syariah naik sekitar 279 persen. Ia mengatakan rata-rata pertumbuhan jumlah reksadana syariah per tahun mencapai 40 persen.
Simak: OJK Sebut Peminat Pasar Modal Syariah Masih Minim
Dua pekan lalu Bursa Efek Indonesia meluncurkan tiga indeks baru, yakni IDX High Dividend 20, IDX BUMN20, dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70). Dua pekan setelah diluncurkan, ketiga indeks menunjukkan tren penguatan. Berikut ini pergerakannya dalam dua pekan.
IDX High Dividend 20
Pembukaan perdagangan perdana sebesar 480 poin. Pekan lalu ditutup sebesar 499,158 poin.
Total 20 perusahaan. Total Kapitalisasi Pasar Rp 29,56 triliun.
Komposisi Sektor
Keuangan (38,5 persen). Infrastruktur, transportasi, utilitas (15,5 persen). Konsumsi makanan/minuman (12,8 persen). Jasa, perdagangan, investasi (10,5 persen). Aneka industri (11,2 persen). Tambang (6,1 persen). Industri dasar dan kimia (5,1 persen)
IDX BUMN20
Pembukaan perdagangan perdana sebesar 365,123 poin. Pekan lalu ditutup di 380,609 poin.
Total 20 perusahaan. Total Kapitalisasi Pasar Rp 921,86 triliun.
Komposisi sektor
Keuangan (51,1 persen). Infrastruktur, transportasi, utilitas (24 persen). Tambang (7,5 persen). Properti dan Konstruksi (6,6 persen). Industri dasar dan kimia (10,7 persen)
Jakarta Islamic Index 70
Pembukaan perdagangan perdana sebesar 220 poin. Pekan lalu ditutup 227,279 poin
Total 70 perusahaan. Total Kapitalisasi Pasar Saham Rp 2.596,02 triliun.
Komposisi sektor
Industri makanan/minuman (29,7 persen). Infrastruktur, transportasi, utilitas (20,6 persen). Jasa, perdagangan, investasi (8,4 persen). Aneka industri (14,2 persen). Tambang (6,2 persen). Industri perdagangan, service, investasi (8,4 persen). Properti dan Konstruksi (3 persen)