TEMPO.CO, Tangerang - Pemilik jaringan retail Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, membukukan pendapatan neto konsolidasi perseroan dan entitas anak pada 2017 sebesar Rp 61,46 triliun. Angka ini meningkat 9,55 persen jika dibanding pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 56,11 triliun.
"Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh pertambahan gerai perseroan dan entitas anak serta pendapatan gerai sepanjang 2017," ujar Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Hans Prawira dalam public expose RUPS Tahunan di kantor pusat Alfamart, Alam Sutera, Tangerang, Kamis, 24 Mei 2018.
Baca juga: Prospek Cerah, Alfamart Akan Tambah 150 Gerai Baru di Filipina
Hans menjelaskan, pertumbuhan gerai perseroan dan entitas anak sebesar 9,3 persen menjadi 15.028 gerai yang terdiri atas 13.477 gerai perseroan dan 1.551 gerai entitas anak. Adapun sebaran gerainya 33,7 persen di Jabodetabek, 37,6 persen di Pulau Jawa, dan 28,7 persen tersebar di luar Pulau Jawa. "Beberapa tahun terakhir, kami masih berfokus pada pengembangan gerai di luar Jawa dan selalu mempertimbangkan potensi bisnis di wilayah baru," tutur Hans.
Hans mengatakan perseroan melakukan langkah strategis untuk memperkuat pertumbuhan jaringan gerai dengan menambah jumlah gudang dan meningkatkan layanan gudang.
Pada 2017, menurut Hans, perseroan mengelola 32 gudang dan entitas anak mengelola sepuluh gudang. Sejalan dengan strategi bisnis perusahaan, ucap Hans, dalam beberapa tahun terakhir, perseroan serta entitas anak fokus meningkatkan kerja dan layanan gerai waralaba serta selektif dalam pembukuan gerai.
"Hal ini dilakukan dengan analisis dan review kinerja semua gerai, memperbaiki serta meningkatkan sistem layanan dan pelaporan bagi waralaba serta calon investor," ucapnya.
Sepanjang 2017, Hans menyebutkan perusahaan berupaya menambah kerja sama dengan pihak ketiga dalam menyediakan layanan e-service (payment point, e-voucher, e-ticketing, travel, delivery, service, dan layanan elektronik lain). Dengan layanan tersebut, Alfamart ingin menjadi one stop point untuk kebutuhan sehari hari pelanggan.
Selain itu, ujar Hans, pengembangan bisnis berbasis teknologi menjadi prioritas manajemen dalam era digital ini. Menurut dia, virtual store Alfamind, yang telah dikembangkan sejak 2016, kini telah memiliki mitra lebih dari 3.000 store owner dan lebih dari 140 supplier produk-produk berkualitas.
Adapun masalah yang dihadapi perseroan sepanjang 2017 adalah kenaikan upah minimum kabupaten/provinsi, kenaikan harga bahan bakar minyak, kenaikan tarif dasar listrik, dan kenaikan sewa properti. Sedangkan tantangannya adalah pola konsumsi masyarakat secara nasional ke arah leisure economy seiring terbukanya informasi melalui media teknologi dan informasi. Faktor tersebut berdampak pada kenaikan biaya tenaga kerja, biaya distribusi, dan biaya sewa.
Presiden Komisaris Perseroan Feny Djoko Susanto menuturkan, pada 2017, direksi perseroan telah menetapkan target dengan memperhitungkan kondisi makroekonomi, sosial-politik, dan asumsi bisnis tertentu. "Kami percaya pada struktur tata kelola perusahaan dan berbasis teknologi," kata Feny.
Perusahaan pemilik jaringan Alfamart itu, ujar Feny, yakin struktur tata kelola perusahaan dan organ-organ tata kelola telah menjalankan fungsinya dengan baik.