TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan menguatnya kurs dolar juga berpengaruh pada bidang industri karena pinjaman untuk investasi dalam bentuk dolar. "Dolar naik itu sangat berpengaruh, yang paling penting industri itu stabilitas," katanya di kediamannya, Selasa, 22 Mei 2018.
Airlangga mengatakan ada yang diuntungkan dari menguatnya kurs dolar terhadap rupiah, yakni industri kecil. Sebab, bahan baku dan tenaga pekerjanya lokal sehingga pembiayaan ekspor yang menggunakan dolar dapat menguntungkan.
Baca: Kementan: Penguatan Dolar Picu Harga Telur dan Daging Ayam Naik
Untuk industri skala besar pun, kata Airlangga, juga tidak dirugikan. Sebab, hutang yang dipinjam menggunakan kurs dolar serta barang yang diproduksi juga untuk diekspor. "Kalau rugi, sih, tidak, ada natural hedging, hutangnya dolar, produknya juga dolar," tuturnya.
Namun industri farmasi, menurut Airlangga, menjadi industri yang paling terkena dampaknya. Dia beralasan bahan baku farmasi didatangkan dari luar negeri, tapi penjualannya di dalam negeri.
Hal tersebut yang membuat industri farmasi paling terkena dampak dari menguatnya dolar. Arilangga berjanji mengusahakan menggunakan bahan baku lokal untuk industri farmasi agar tidak terlalu terkena dampaknya.
Hingga hari ini, Selasa, 22 Mei 2018, Bank Indonesia (BI) mematok kurs tengah rupiah di level Rp 14.178 per dolar Amerika Serikat. “Pelemahan rupiah di kisaran Rp 14 ribu per dolar AS ini adalah notifikasi bagi Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo,” ujar anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Amanat Nasional, Jon Erizal, di ruang rapat Komisi XI.
Hal tersebut menjadi hal yang paling disoroti saat Gubernur BI periode 2013-2018 Agus Martowardojo menyampaikan laporan akhirnya di ruang rapat Komisi XI DPR.
DEWI NURITA