TEMPO.CO, Tasikmalaya - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Persero telah mengucurkan dana pembiayaan mencapai Rp 7,8 triliun hingga April 2018. Dana pembiayaan itu disalurkan kepada nasabah produk Ulamm dan Mekaar. "Sampai April total Rp 7,8 triliun. Untuk Ulamm Rp 1,2 triliun, sisanya Mekaar," kata Direktur Utama PT PNM Arief Mulyadi saat ditemui di sela pelatihan menjahit untuk ibu-ibu di Baledesa Cikukulu, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa, 22 Mei 2018.
Saat ini nasabah produk Mekaar mencapai 3 juta nasabah. Sedangkan nasabah produk Ulamm sebanyak 63 ribu orang. "Jika yang 63 ribu ini bisa jadi plasma, jadi motivator, lokomotif ekonomi lokal, maka akan menjadi sesuatu bagi bangsa Indonesia. Bisa memberikan kontribusi untuk ekonomi bangsa. Selain itu, jadi contoh, atau teladan. Jika ada contoh yang berhasil, akan ditiru, diikuti yang lainnya," kata Arief.
Baca: Cetak Wirausaha Tangguh, Menteri Rini Dukung PNM Maluku
PNM, menurut dia, memiliki dua produk dalam membina ekonomi supaya masyarakat lebih sejahtera, yakni Ulamm dan Mekaar. Untuk produk Mekaar menyasar kepada masyarakat prasejahtera. "Kami berikan kepada nasabah yang mau berusaha dan sudah memiliki usaha (menambah modal)," katanya.
Salah satu pelatihan yang diberikan PNM kepada nasabah Mekaar, yakni pelatihan menjahit. Dengan dilatih seperti itu diharapkan mereka dapat berhasil dan memiliki tambahan penghasilan untuk keluarga. "Kami bisa memutus rantai kemiskinan dan mereka tidak mewariskan kemiskinan kepada anak-anaknya," ucap Arief.
Ditanya kenapa menyasar ibu-ibu, Arief mengatakan, mereka mempunyai keunggulan dan sangat peka terhadap keluarganya. Selain itu, ibu-ibu lebih disiplin dalam pembiayaan. "Ibu-ibu juga merasa malu kalau dia menjadi beban yang lain. Di Mekaar dibangun sistem gotong royong dan tanggung renteng."
Citra Tasikmalaya bagi ibu-ibu adalah menjahit. PNM melihat hal ini sebagai potensi yang sangat tinggi. "Alat insya Allah kita serahkan sebagian hibah, sebagian lagi pembiayaan, agar mendidik mereka siap usaha. Kalau apa-apa hibah, nanti enggak mandiri-mandiri," ujarnya.
Kepala Divisi Pengembangan Kapasitas Usaha dan Pengembangan Kelompok PT PNM Cabang Tasikmalaya Ara Koswara menambahkan, saat nasabah bisa menjahit, mereka bisa membuat pakaian ataupun bekerja kepada pengusaha konveksi lainnya, atau istilahnya maklun.
"Saat (memproduksi pakaian) enggak usah pusing menjualnya. Kita coba bantu menyalurkan ke nasabah Ulamm. Begitupun nasabah Ulamm ketika punya proyek dan butuh pekerja, bisa disambungkan ke ibu-ibu (nasabah Mekaar)," kata Ara.
Salah seorang nasabah Mekaar, Dede, 45 tahun, berharap bisa sejahtera seperti tetangganya yang lain. Karena itu, ia mengikuti pelatihan menjahit yang digelar PNM. "Ingin membantu perekonomian keluarga dan ingin usahanya maju seperti orang lain," ucapnya.