TEMPO.CO, Bandung - Wakil Kepala Divisi Regional Bulog Jawa Barat Gunadarma mengatakan stok beras sepanjang Ramadan hingga Lebaran nanti mencukupi. “Cadangan kita, ketahanan pangan di Jawa Barat itu untuk tujuh bulan ke depan aman,” katanya kepada Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 21 Mei 2018.
Gunadarma tidak merinci stok beras yang sudah dibukukan Bulog Jawa Barat. “Kenapa kita katakan aman, karena setiap hari masih ada penambahan, masih ada pengadaan. Cadangan beras kita selalu bertambah. Kadang per hari itu 100 kilogram, 200 kilogram, sampai maksimum 40 ribu kilogram. Masih terus sampai hari ini,” ujarnya.
Baca Juga:
Simak: Impor Beras, Bulog Cuma Dapat 346 Ribu Ton
Gunadarma menuturkan masyarakat di wilayah Jawa Barat tidak perlu mengkhawatirkan stok. “Jadi, untuk masyarakat Jawa Barat tidak perlu khawatir soal stok,” ucapnya.
Menurut Gunadarma, sejak awal Januari lalu, Bulog sudah terjun menggelontorkan beras untuk menstabilkan harga. “Sekarang tidak perlu lagi harus operasi pasar. Kita sudah mulai sejak Januari melakukan stabilisasi harga. Tidak perlu menunggu kenaikan harga, baru turun. Nanti kala menunggu harga naik malah dimanfaatkan spekulan,” tuturnya.
Gunadarma berujar Bulog memasok beras lewat sejumlah jalur. “Kita distribusikan ke semua Rumah Pangan Bulog, ke distributor Bulog, dan pedagang-pedagang di pasar,” katanya.
Jumlah beras yang digelontorkan bervariasi, bergantung pada permintaan pedagang. Sebagian sengaja meminta beras impor, selebihnya beras hasil pengadaan dalam negeri. “Sekitar 700 ton sampai seribu ton per hari. Sekarang malah cenderung menurun permintaannya,” ujar Gunadarma.
Pedagang beras Pasar Sadang Serang Bandung, pemilik PD Beras Mukti Jaya, Budi, 63 tahun, mengatakan stok beras melimpah. “Stok banyak. Stok beras aman,” ucapnya kepada Tempo, Senin.
Mengenai harga beras, Budi mengaku menjualnya di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Beras medium, misalnya, ia jual Rp 10 ribu per kilogram, di atas HET pemerintah RP 9.450 per kilogram. “Harga dari petani sudah segitu (setara HET),” tuturnya.
Menurut Budi, petani sudah mematok harga relatif tinggi karena panen sudah mulai jarang. “Harga mulai naik lagi,” katanya.
Budi mengaku sengaja tidak menjual beras Bulog. Sebab, kata dia, kualitasnya lebih rendah dibanding beras yang dibeli langsung dari petani. “Beras Bulog di sini kurang laku,” ujarnya.
Adapun harga beras premium dijual berkisar Rp 11 ribu hingga Rp 12.500 per kilogram. Budi mengatakan harga beras premium bergantung pada harga pembelian yang disodorkan grosir beras.