TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 hingga hari ini menunjukkan kinerja cukup baik. Dia pun optimistis pemerintah bisa mengejar realisasi sesuai dengan asumsi makro sampai kuartal IV 2018.
"Realisasi APBN 2018 sampai dengan April 2018 menunjukkan kinerja yang lebih baik. Meskipun terdapat potensi kenaikan ICP (harga minyak mentah Indonesia) dan nilai tukar, defisit diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 2 persen terhadap PDB (produk domestik bruto)," ujarnya di kantor Kementerian Keuangan, Kamis, 17 Mei 2018.
Baca: Cerita Sri Mulyani Tentang Muda-mudi Baper Pajak
Adapun realisasi APBN yang masih jauh dari asumsi makro adalah tingkat bunga surat perbendaharaan negara atau SPN tiga bulan yang realisasinya masih 4,1 persen dari asumsi 5,2 persen. Kemudian nilai tukar rupiah realisasinya masih Rp 13.631 per dolar Amerika Serikat, sementara asumsi makro adalah Rp 13.400 per dolar Amerika.
Realisasi harga rata-rata minyak mentah Indonesia masih US$ 64,1 per barel, jauh dari asumsi makro US$ 48 per barel. Realisasi lifting minyak juga masih 750,3 ribu barel per hari, sementara asumsinya 800 ribu barel per hari. Adapun realisasi lifting gas masih senilai 1.155,9 ribu barel setara minyak, sementara asumsinya 1.200 ribu barel setara minyak.
Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebutkan Indonesia masih punya fundamental ekonomi yang kuat. "Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sudah lebih baik di level 5,06 persen dari kuartal I periode tahun sebelumnya," ujarnya.
Sri Mulyani juga memaparkan, dari sisi defisit anggaran, tercatat Rp 55,1 triliun atau turun dibanding periode sebelumnya Rp 72,2 triliun. Sedangkan defisit keseimbangan primer mengalami surplus Rp 24,2 triliun.
Dari sisi belanja negara, hingga April 2018 sudah mencapai Rp 582,9 triliun atau 26,3 persen dari total anggaran belanja Rp 2.220 triliun. Belanja pemerintah pusat untuk kementerian atau lembaga (K/L) ataupun non-K/L Rp 331 triliun dan transfer dana ke daerah dan dana desa Rp 251,9 triliun.
Adapun dari sisi total penerimaan negara selama Januari-April 2018 mencapai Rp 527,8 triliun atau 27,9 persen dari target penerimaan sepanjang tahun ini senilai Rp 1.894 triliun. “Penerimaan dari pajak dan bea cukai juga naik signifikan mencapai Rp 416,9 triliun, penerimaan nonpajak sebesar Rp 109,9 triliun, dan hibah Rp 1 triliun,” ucap Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, realisasi pembiayaan anggaran telah terealisasi 57,9 persen atau Rp 188,7 triliun dari target. Rinciannya, untuk pembiayaan utang Rp 187,2 triliun atau 46,9 persen terhadap APBN. Pada periode yang sama tahun lalu, nilainya lebih tinggi mencapai Rp 193,6 triliun atau tumbuh negatif 3,3 persen.
Dengan data-data tersebut di atas, Sri Mulyani optimistis defisit diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 2 persen terhadap PDB. "Kementerian Keuangan juga memastikan sejumlah kebijakan dan insentif fiskal yang akan diberikan pemerintah untuk mendorong investasi dan ekspor akan terus diperkuat," tuturnya.